DJADIN MEDIA—Lampung berpotensi menjadi provinsi dengan jumlah pilkada melawan kotak kosong terbanyak. Dari 15 kabupaten/kota yang akan menggelar pilkada serentak, tujuh daerah di antaranya hampir dipastikan akan melawan kotak kosong.
Masalah ini mencerminkan ketidakmampuan partai politik dalam membina kader berkualitas dan strategi ambisius kandidat yang khawatir kalah. Ketujuh daerah yang diprediksi menghadapi kotak kosong adalah Lampung Tengah, Lampung Timur, Pesawaran, Lampung Barat, Kota Metro, Bandar Lampung, dan Tulangbawang Barat.
Dari ketujuh daerah tersebut, Lampung Timur, Pesawaran, dan Lampung Barat tampaknya sudah pasti akan melawan kotak kosong. Sementara itu, Lampung Tengah, Kota Metro, Bandar Lampung, dan Tulangbawang Barat masih memiliki peluang untuk mengundang kandidat lain tergantung pada rekomendasi partai politik.
Di Bandar Lampung, incumbent Eva Dwiana berusaha keras mendapatkan dukungan dari Partai Gerindra. Jika sukses, Eva bisa saja menggagalkan langkah Reihana, yang sudah mendapatkan surat tugas dari Gerindra. Sementara itu, PDIP, yang belum memberikan rekomendasi, menghadapi kendala karena jumlah kursi DPRD Kota Bandar Lampung tidak memadai untuk mengusung kandidat sendiri.
Di Tulangbawang Barat, pasangan Novriwan dan Nadirsyah memiliki potensi untuk memaksa pilkada melawan kotak kosong, mengingat Nadirsyah adalah adik dari Umar Ahmad, mantan Bupati Tubaba yang pernah unggul melawan kotak kosong pada Pilkada 2017.
Menanggapi fenomena ini, masyarakat di ketujuh daerah mulai menginisiasi gerakan “pilih kotak kosong” sebagai bentuk protes terhadap kandidat yang dianggap tidak memenuhi syarat. Gerakan ini juga didukung oleh KPU yang lebih fokus pada partisipasi pemilih ketimbang hasil akhir.
Gerakan memilih kotak kosong telah menyebar di Lampung Timur, Lampung Tengah, Kota Metro, dan Kota Bandar Lampung. Di Bandar Lampung, bahkan muncul kecenderungan untuk golput karena kandidat yang ada dianggap tidak memiliki visi pembangunan yang memadai.***