DJADIN MEDIA– Partisipasi pemilih dalam Pilwalkot Bandar Lampung 2024 mengalami penurunan signifikan, dengan tingkat partisipasi hanya mencapai 52,03 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Pilgub yang mencatatkan angka 52,10 persen. Penurunan ini diduga dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah minimnya jumlah pasangan calon (paslon) yang ikut serta dalam kontestasi politik tahun ini.
Menurut pengamat politik dari Universitas Lampung (Unila), Sigit Krisbintoro, salah satu penyebab utama anjloknya partisipasi pemilih adalah orientasi pragmatis masyarakat. “Pemilih cenderung bertanya, ‘Apa untungnya saya datang ke TPS?’ Hal ini mencerminkan ketidakpercayaan terhadap proses Pilkada, di mana masyarakat merasa tidak ada perubahan signifikan yang terjadi setelah pemilihan,” ujar Sigit.
Selain itu, jadwal Pilkada yang terlalu dekat dengan Pilpres dan Pileg juga berdampak pada tingkat partisipasi. Kejenuhan pemilih karena seringnya pemilu diadakan dalam waktu berdekatan menjadi faktor lain yang mengurangi motivasi mereka untuk menggunakan hak pilih. “KPU perlu mempertimbangkan jadwal Pilkada agar tidak terlalu mepet dengan Pilpres dan Pileg,” tambahnya.
Faktor lain yang turut berkontribusi terhadap rendahnya partisipasi adalah minimnya pilihan paslon yang ada. “Dengan jumlah paslon yang terbatas, pemilih merasa tidak memiliki alternatif atau pilihan yang ideal. Hal ini mengurangi gairah mereka untuk memilih,” kata Sigit.
Selain itu, kurangnya sosialisasi dari KPU dan partai politik pengusung paslon juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak pemilih yang tidak aktif. “Kurangnya upaya untuk mengajak masyarakat menggunakan hak pilihnya menyebabkan banyak pemilih tidak tergerak untuk datang ke TPS,” tambahnya.
Sigit menekankan pentingnya proses demokrasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, sehingga kepala daerah terpilih bisa mewakili pilihan mayoritas. “Jika hanya 30-40 persen masyarakat yang memilih, maka hasil Pilkada tidak akan mencerminkan kehendak seluruh warga,” pungkasnya.***