DJADIN MEDIA— Suasana sejuk di Negeri Sakti, Kabupaten Pesawaran, menjadi saksi sebuah langkah besar: menyatukan pesantren, dunia kerja, dan semangat pelestarian lingkungan. Pada 4 Juni 2025, Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Diniyyah Lampung menjadi tuan rumah kuliah umum dari Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan RI, Penta Peturun. Bukan sekadar orasi ilmiah, namun seruan untuk membangun Indonesia hijau dari pesantren.
“Generasi siap kerja bukan hanya yang membawa ijazah, tapi yang memahami akar, tumbuh di tanah sendiri, dan mampu membaca arah angin zaman,” tegas Penta.
Didirikan oleh Hj. Halimah Syukur, ITB Diniyyah lahir dari pesantren perempuan dan kini menjelma sebagai pusat pembelajaran kewirausahaan, teknologi, dan ekonomi hijau. Penta menyoroti bahwa di era dominasi kecerdasan buatan, pesantren seperti Diniyyah menjadi oase yang menyemai nilai dan keberdayaan lokal.
Potensi Tenaga Kerja Muda di Tengah Tantangan
Lampung menghadapi tantangan ketenagakerjaan: pengangguran muda mencapai 17,9% dan banyak lulusan bekerja tidak sesuai keahlian. Namun, peluang tetap terbuka—dari hilirisasi pertanian hingga ekowisata. Kini, satu peluang baru tengah digalakkan: green job, atau pekerjaan ramah lingkungan.
Menurut Kementerian ESDM, KLHK, dan Bappenas, Lampung berpotensi membuka lebih dari 45.000 lapangan kerja hijau pada 2025. Energi terbarukan, pertanian organik, industri daur ulang, dan eco-packaging menjadi sektor masa depan.
BLK Komunitas dan Jalan Menuju Green Economy
Kementerian Ketenagakerjaan RI melalui BPVP Serang dan Satpel BLK Lampung, telah membuka pelatihan di berbagai bidang: dari energi surya, pertanian organik, TIK, hingga boga halal—khususnya di lingkungan pesantren. BLK Komunitas kini bukan hanya ruang praktik teknik, tapi pusat inovasi generasi muda berbasis nilai.
Penta juga mendorong lahirnya BLK Hijau, insentif sertifikasi bagi petani muda dan santri, serta pembangunan green campus dan inkubator bisnis hijau di desa-desa.
“Kebijakan yang tidak menyentuh tanah, hanya akan berdebu di lemari kementerian,” ucapnya.
Dari Ladang Pesantren ke Pabrik Daur Ulang
Kuliah umum ini menjadi titik tolak. Dari meja belajar santri, mimpi akan revolusi hijau mulai ditanam. Dan jika negara benar-benar hadir, bukan mustahil dari surau kecil akan tumbuh teknopreneur lingkungan; dari ladang kelapa, berdiri pabrik daur ulang; dan dari pesantren terpencil, lahir masa depan bersih dan berkelanjutan.***