DJADIN MEDIA— Tangis seorang ayah menggema dalam diam saat menceritakan perjuangannya menyelamatkan buah hati tercinta. Dialah Askari, pedagang ikan keliling dari Kelurahan Kotabumi Ilir, yang kini harus menelan pil pahit dalam perjuangan mendampingi anaknya, Anggia, bayi mungil berusia tiga bulan yang mengidap penyakit jantung bocor dan pneumonia.
Kisah getir keluarga ini bermula pada akhir April 2025. Anggia pertama kali dirawat di RS Handayani Kotabumi, namun kondisi kritis memaksanya dirujuk ke RS Abdul Moeloek di Bandar Lampung. Dengan hanya membawa uang Rp50.000, Askari dan istrinya, Een Safitri, bertahan di tengah keterbatasan, mendampingi Anggia selama sembilan hari di ruang perawatan intensif.
“Biaya rumah sakit memang ditanggung BPJS, tapi untuk makan sehari-hari dan beli susu anak, saya benar-benar tidak sanggup,” kata Askari, Kamis, 20 Juni 2025, dengan suara tertahan.
Kebahagiaan sempat menyapa saat Anggia diperbolehkan pulang. Namun tak berselang lama, penyakit kembali menyerang. Dalam kondisi fisik dan finansial yang semakin melemah, Askari harus bolak-balik ke rumah sakit tanpa tahu sampai kapan sang buah hati harus berjuang.
Penghasilannya sebagai pedagang ikan yang hanya cukup untuk kebutuhan harian, kini nyaris tak mampu menutupi kebutuhan utama seperti susu bayi dan biaya hidup. “Kadang dapat Rp80 ribu, kadang kurang dari Rp50 ribu. Dari situ harus beli susu, bayar kontrakan, dan kebutuhan anak yang satu lagi,” tuturnya.
Lebih menyedihkan lagi, istri Askari tidak bisa memberikan ASI. Dokter menyarankan asupan gizi tinggi untuk Anggia, namun keterbatasan biaya membuat mereka harus memilih susu formula dengan harga paling murah.
“Saya tahu susu murah belum tentu bagus untuk kondisi Anggia, tapi saya tidak punya pilihan lain. Saya hanya ingin anak saya bisa sembuh,” ungkap Askari, menundukkan wajahnya.
Kini, tak ada lagi yang bisa ia andalkan selain belas kasih dan empati dari sesama. Dengan penuh harap, Askari memohon perhatian dari Bupati Lampung Utara, H. Harmatoni Ahadis, Wakil Bupati Romli, serta para dermawan yang tergerak untuk membantu.
“Saya mohon, demi anak saya, bantu kami. Kami ingin Anggia sembuh dan tumbuh seperti anak-anak lainnya,” ucapnya penuh harap.
Kisah Askari adalah cerminan ribuan wajah perjuangan rakyat kecil yang bertahan di antara kemiskinan dan cinta. Di tengah keterbatasan, harapan masih menyala—menanti tangan-tangan yang rela mengulurkan bantuan.***