DJADIN MEDIA- Menjelang deadline keputusan tarif impor dari Amerika Serikat (9 Juli 2025), pemerintah Indonesia tancap gas! Salah satu jurusnya? Buka lebih lebar keran impor buat 10 jenis barang strategis. Tapi tunggu dulu, ini bukan soal belanja-belanja doang. Ini bagian dari game besar: menjaga ekspor RI biar gak digempur tarif tinggi dari AS!
Apa Aja Sih yang Dibebasin?
Pemerintah bakal mencabut aturan lisensi impor buat barang-barang kayak plastik, pupuk, bahan kimia, dan beberapa bahan mentah lainnya.
Tujuannya?
- Biar proses industri makin ngebut
- Biaya produksi turun
- Rantai pasok lebih lancar
- Pabrik bisa produksi lebih murah dan cepat
Jadi ini semacam fast track buat industri dalam negeri, bukan cuma demi investasi tapi juga demi ekspor kita tetap aman!
Kenapa Harus Segitunya Sama AS?
Well, AS lagi ngegasin tarif “reciprocal” alias tarif balasan buat produk RI — bisa sampe 32% bro/sis! Makanya RI gak tinggal diam. Selain pelonggaran impor, pemerintah juga nawarin opsi investasi di sektor tambang strategis kayak nikel dan baterai mobil listrik (EV battery).
Presiden Prabowo juga udah kasih instruksi langsung: “Gak boleh ada birokrasi ribet buat izin impor!”
Jadi semua kementerian harus gaspol bikin proses jadi simpel dan cepat.
Pro & Kontra dari Jurus Ini
✔️Pro (Mantul!)
- Bikin bahan baku lebih cepat masuk ke pabrik.
- Menarik minat investor luar.
- Dukung banget proyek energi hijau & EV battery.
Kontra (Hati-hati Bro)
- Bisa bikin produk lokal makin susah bersaing.
- Tanpa proteksi harga, industri kecil bisa kelabakan.
- Butuh backup plan biar gak cuma jadi pasar impor doang.
What’s Next?
Langkah ini sinyal kuat: Indonesia siap adaptif!
Tapi sukses enggaknya tetap bergantung sama 3 hal utama:
- Deal tarif dengan AS: kalau mulus, ekspor kita aman.
- Kolaborasi antar kementerian & pelaku industri: semua harus on the same page.
- Proteksi buat UMKM dan industri lokal biar tetap kuat di tengah banjir barang impor.
Bonus: Peluang di Proyek EV Battery
Kelonggaran impor ini juga bisa jadi booster buat industri kendaraan listrik. Ujung-ujungnya? Ekspor naik, lapangan kerja nambah, dan RI makin eksis di peta energi hijau dunia.
TL;DR:
Indonesia lagi main strategi “buka impor demi selamatin ekspor” ke AS. Tapi langkah ini gak cuma soal ekonomi global, tapi juga tentang gimana RI bisa jadi pemain besar di industri hijau, tanpa ngorbanin industri lokal. Diplomasi + investasi = kunci!.***