DJADIN MEDIA– Italia pernah menjadi pusat semesta sepak bola dunia. Di era 90-an hingga awal 2000-an, Serie A adalah panggung megah para maestro: Del Piero, Maldini, Totti, hingga Pirlo. Namun seiring waktu, sorotan dunia bergeser ke Liga Inggris dan La Liga. Serie A seperti tertidur panjang—hingga seorang Jose Mourinho datang dan membangunkannya.
Dia mungkin bukan pelatih terbaik secara taktik hari ini. Namun di era ketika sepak bola menjadi tontonan global yang haus cerita, Mourinho adalah produsen narasi, arsitek drama, dan penyulut gairah.
Kebangkitannya di Italia dimulai saat menerima panggilan hasrat dari Massimo Moratti untuk menangani Inter Milan. Hanya butuh dua musim bagi Mourinho untuk membuat sejarah: merobohkan dinasti Barcelona era Pep Guardiola dan mempersembahkan Treble Winner pertama dalam sejarah sepak bola Italia—Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions.
Setelah petualangan panjang di Inggris dan Spanyol, Mourinho kembali ke Italia untuk memimpin proyek besar AS Roma. Dunia kembali memperhatikan. Wawancaranya pedas, gesturnya teatrikal, dan emosinya di pinggir lapangan menjelma konten viral. Laga Roma vs Salernitana pun jadi headline global—bukan karena hasil, tapi karena Mourinho.
Lebih dari drama, Mourinho membangun prestasi. Ia mempersembahkan gelar Eropa pertama Roma sejak 1961 dengan menjuarai UEFA Conference League. Di tangannya, talenta muda seperti Tammy Abraham dan Zalewski tumbuh menjadi andalan. Roma bahkan menembus final Liga Europa 2023, memperlihatkan bahwa sepak bola Italia masih memiliki taji.
Efek Mourinho terasa luas. Inter Milan kembali ke final Liga Champions. Napoli menjuarai Serie A dengan sepak bola progresif. Fiorentina dua kali menjejak final Eropa. Serie A kembali relevan.
Anak muda kini menyebut nama-nama dari Italia dalam kanal YouTube dan konten TikTok. Penonton global meningkat. Media sosial klub Serie A aktif lagi. Dunia mulai melirik Italia, bukan karena skandal, tetapi karena kualitas.
Jose Mourinho bukan sekadar pelatih—ia adalah simbol, katalisator, dan wajah sepak bola Italia yang kembali hidup.
Kini, pertanyaan menarik muncul: apakah Serie A akan kembali memanggilnya? Mungkinkah AC Milan jadi pelabuhan baru? Atau Juventus—si Nyonya Tua yang merindukan kejayaan di Eropa?
Dalam dunia sepak bola yang lapar akan cerita, Mourinho adalah cerita itu sendiri—dan Italia, panggung paling tepat untuk bab berikutnya.***