DJADIN MEDIA— Pemerintah Provinsi Lampung dan Universitas Lampung (Unila) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dalam rangka memperkuat sinergi pembangunan daerah berbasis ilmu pengetahuan, riset, dan inovasi. Penandatanganan ini dilakukan oleh Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal dan Rektor Unila Prof. Dr. Lusmeilia Afriani, di Ruang Sidang Utama Gedung Rektorat Unila, Senin (21/7/2025).
Kesepakatan ini merupakan langkah strategis jangka panjang untuk menjadikan Provinsi Lampung sebagai “laboratorium pembangunan”, di mana kekuatan akademik Unila diintegrasikan dengan arah kebijakan pemerintah daerah.
“Kalau kita solid dan konsisten, Lampung bisa jadi model pembangunan daerah berbasis ilmu pengetahuan. Bukan cuma bersaing secara nasional, tapi bisa jadi rujukan nasional,” ujar Gubernur Mirza.
Gubernur juga menyinggung tantangan nyata yang masih dihadapi Lampung seperti angka kemiskinan 10,67 persen, pendapatan per kapita yang rendah, serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih bertengger di peringkat 26 nasional. Ia menekankan bahwa riset dan inovasi teknologi adalah kunci untuk meningkatkan nilai tambah potensi daerah yang selama ini belum dioptimalkan.
Kesepakatan MoU ini mencakup berbagai bidang penting seperti:
- Pengembangan kawasan perdesaan dan pertanian berbasis teknologi
- Peningkatan kualitas pendidikan dan kebudayaan
- Penguatan layanan kesehatan
- Reformasi hukum dan tata kelola pemerintahan
- Pengembangan ekonomi dan investasi
- Riset dan inovasi lokal
Rektor Unila, Prof. Lusmeilia Afriani, menyambut baik kolaborasi ini dan menegaskan bahwa Unila siap mendukung penuh seluruh agenda prioritas pembangunan Pemprov Lampung.
“MoU ini bukan hanya simbolik. Kami akan turunkan ke fakultas, lembaga, hingga unit teknis agar berdampak langsung ke masyarakat,” tegas Lusmeilia.
Rektor juga menyebutkan bahwa MoU ini mendukung RPJMD Lampung dan sejalan dengan visi besar Lampung Maju dan Indonesia Emas 2045. Unila sendiri memiliki 128 program studi, di mana lebih dari 40 persen sudah terakreditasi internasional. Investasi riset dan pengabdian masyarakat di Unila mencapai Rp25 miliar per tahun—mayoritas difokuskan untuk program berbasis lokal.
Dalam wawancara usai acara, Gubernur menegaskan pentingnya menyusun kebijakan pembangunan berbasis data dan kontekstual.
“Yang paling paham Lampung ya Unila. Teknologi dan kapasitas akademik sangat penting untuk susun kebijakan yang sesuai kultur dan kebutuhan masyarakat,” katanya.
Gubernur juga menyampaikan bahwa Unila akan dilibatkan dalam penguatan komunitas dan koperasi desa, termasuk hilirisasi produk pertanian dan peningkatan kapasitas SDM lokal lewat pelatihan vokasi.
“Kita ingin nilai tambah dirasakan langsung oleh masyarakat desa, bukan cuma lewat investasi besar, tapi lewat inovasi kecil yang berdampak besar,” tutupnya.***