DJADIN MEDIA– Nasib Alin Delisya Rafifa, gadis berusia 10 tahun asal Dusun Kenjuru, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, menyentuh hati banyak orang. Tubuhnya yang kurus dan lemah membuat Alin tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan untuk makan, minum, atau buang air pun, ia sepenuhnya bergantung pada pengasuhnya, yakni paman dan bibi kandungnya sendiri, Karya Nelson (63) dan Khoiroh (43).
Alin lahir sebagai bayi normal dari pasangan Zainal Abidin dan Meli Samsanah, warga Desa Merak Belantung, Kecamatan Kalianda. Namun, petaka mulai menimpa gadis malang ini saat usianya baru 8 bulan. Beberapa jam setelah divaksin, tubuhnya mengalami panas tinggi dan kondisinya menurun drastis. Ia sempat dirawat di RSUD Bob Bazar, Kalianda, sebelum akhirnya dirujuk ke RSU Abdul Moeluk, Bandar Lampung. Sejak saat itu, Alin mengalami kelumpuhan total dan tidak bisa lagi bergerak atau menjalani aktivitas normal.
Kisah memilukan ini bertambah getir ketika ayah kandung Alin, Zainal Abidin, meninggalkannya dalam kondisi sakit. “Masih dalam kondisi sakit, Alin ditinggal pergi ayahnya. Sampai sekarang keberadaannya tidak diketahui,” ungkap Karya Nelson, paman Alin, dengan nada pilu. Kepergian ayahnya menambah beban keluarga yang kini harus merawat Alin sepenuhnya.
Tidak hanya itu, saat Alin berusia 12 bulan, ibunya, Meli Samsanah, terpaksa merantau ke Pulau Jawa untuk mencari nafkah, meninggalkan Alin yang tidak berdaya. “Saat ini ibu kandungnya sudah menikah lagi dan menetap di Cianjur, Pulau Jawa,” tambah Karya Nelson, didampingi istrinya Khoiroh. Meski menghadapi tantangan besar, pasangan ini tetap setia merawat Alin meskipun harus membagi perhatian dengan anak mereka sendiri dan pekerjaan sehari-hari sebagai petani dan pekerja serabutan.
Kondisi keluarga yang kurang mampu membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan Alin yang khusus, baik dari sisi medis maupun perawatan harian. Karya Nelson menegaskan bahwa hingga saat ini pemerintah, termasuk pemerintah Desa Merak Belantung, belum memberikan perhatian signifikan terhadap kondisi Alin. “Hingga kini belum pernah ada sedikit pun perhatian dari pemerintah. Baru beberapa hari lalu Pak Camat Kalianda yang baru dilantik berkunjung ke rumah kami. Kami sangat berterima kasih, dan berharap ke depannya ada perhatian dan bantuan yang lebih berkelanjutan,” ujar Karya Nelson, penuh harap.
Camat Kalianda, Ruris Apdani, melakukan kunjungan ke rumah Alin pada Sabtu, 18 Oktober 2025, beberapa hari setelah resmi dilantik. Kunjungan ini menjadi tanda awal perhatian pemerintah terhadap kondisi Alin, meski keluarga berharap ada langkah nyata lebih lanjut, seperti dukungan finansial, bantuan perawatan kesehatan, atau fasilitas medis yang memadai agar Alin bisa hidup lebih layak.
Kisah Alin Delisya Rafifa menjadi peringatan keras tentang pentingnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap anak-anak yang mengalami kondisi disabilitas berat, terutama yang tinggal di keluarga kurang mampu. Nasib Alin menunjukkan perlunya program sosial dan bantuan medis yang lebih terstruktur, agar anak-anak seperti Alin tidak hanya bergantung pada keluarga yang kelelahan, tetapi bisa mendapatkan hak hidup yang layak, pendidikan, dan perawatan kesehatan yang memadai.***

