DJADIN MEDIA- Kinerja impresif ditorehkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Sekampung Pringsewu di bawah kepemimpinan Muhammad Hatta. Sejak menjabat sebagai direktur pada tahun 2022, Hatta berhasil membawa PDAM ini naik kelas dengan pertumbuhan pelanggan mencapai hampir 100 persen. Dari semula hanya 2.800 sambungan rumah, kini jumlah pelanggan aktif telah menembus angka 4.500 sambungan.
“Jumlah tersebut belum termasuk calon pelanggan baru yang sedang kami garap melalui program Dana Alokasi Khusus (DAK). Ada sekitar seribu calon pelanggan tambahan yang akan segera menikmati layanan air bersih PDAM Way Sekampung,” ungkap M. Hatta saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (4/11/2025).
Kenaikan signifikan ini bukan tanpa alasan. Sejak awal, manajemen PDAM Way Sekampung menitikberatkan pelayanan yang merata dan berkelanjutan bagi seluruh wilayah Pringsewu. Data menunjukkan, pelanggan PDAM tersebar di berbagai kecamatan: Kecamatan Banyumas sekitar 600 pelanggan, Gadingrejo sebanyak 900 pelanggan, dan Pringsewu menjadi wilayah dengan jumlah pelanggan terbanyak mencapai 2.800 sambungan rumah.
Hatta mengakui, pertumbuhan pelanggan yang pesat ini menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam menjaga kualitas distribusi air bersih dan kontinuitas suplai. Meski begitu, pihaknya berkomitmen menjaga kepuasan pelanggan tanpa membebani masyarakat dengan kenaikan tarif air.
“Kalau mengacu pada Surat Keputusan Gubernur, harga air PDAM seharusnya sudah di angka Rp5.100 per meter kubik. Namun di Pringsewu, kita masih memberlakukan tarif Rp4.100 per meter kubik. Kami belum berani menaikkan harga karena mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat,” ujar Hatta.
Menariknya, meski tarif air tergolong rendah, pendapatan PDAM Way Sekampung tetap menunjukkan tren positif. Berdasarkan laporan internal, jika seluruh pelanggan membayar tepat waktu, pendapatan bulanan PDAM bisa mencapai Rp400 juta per bulan. Angka ini menjadi sinyal bahwa sistem pelayanan dan penagihan mulai berjalan efisien.
Namun, seperti umumnya perusahaan layanan publik, masalah keterlambatan pembayaran masih menjadi pekerjaan rumah. Hatta menegaskan bahwa PDAM tetap mengedepankan sisi kemanusiaan dalam menegakkan aturan. “Secara ideal, pelanggan yang menunggak tiga bulan seharusnya langsung kita putus jaringannya. Tapi karena misi PDAM tidak murni bisnis, ada unsur sosialnya, jadi kami beri kelonggaran sampai lima hingga tujuh bulan,” jelasnya.
Menurut Hatta, pendekatan humanis ini justru membuat pelanggan lebih sadar tanggung jawab. “Biasanya begitu jaringan air kita matikan, pelanggan langsung datang dan melunasi tunggakannya. Ini menunjukkan bahwa mereka tetap membutuhkan PDAM, dan kami ingin menjaga kepercayaan itu,” tambahnya.
Selain menambah pelanggan baru, PDAM Way Sekampung juga tengah mempersiapkan sejumlah program strategis untuk tahun 2026. Fokus utama meliputi modernisasi sistem distribusi, peningkatan kapasitas reservoir, serta digitalisasi pembayaran untuk memudahkan pelanggan. Pemerintah daerah turut mendukung langkah ini dengan mendorong kerja sama lintas sektor guna memastikan keberlanjutan layanan air bersih yang layak dan terjangkau.
Keberhasilan PDAM Way Sekampung Pringsewu menjadi bukti nyata bahwa kepemimpinan yang visioner dan manajemen berbasis pelayanan publik mampu memberikan hasil signifikan. Dalam dua tahun terakhir, perusahaan daerah ini bukan hanya memperluas jaringan, tetapi juga memperkuat citra sebagai penyedia layanan air bersih yang andal dan peduli terhadap masyarakat.
Dengan pertumbuhan yang begitu pesat, bukan tidak mungkin PDAM Way Sekampung akan menjadi salah satu BUMD terbaik di Provinsi Lampung dalam beberapa tahun ke depan—terutama jika mampu menjaga konsistensi pelayanan dan transparansi pengelolaan keuangan.***

