DJADIN MEDIA– Sebanyak 10 kandidat calon direksi dan komisaris BUMD PT. Pringsewu Jaya Sejahtera (PJS) mengikuti tahapan akhir seleksi berupa wawancara langsung dengan Bupati Pringsewu, Riyanto Pamungkas, pada Senin (6/7/2025) di Pendopo Graha Pamungkas.
Wawancara ini semula dijadwalkan pada 10 Juni 2025, namun dipercepat dan dimulai sejak pukul 08.00 hingga 12.00 WIB. Para kandidat hadir bergantian sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Lima nama calon direksi yang mengikuti wawancara yakni: Nuri Prayugi, Dwi Pribadi, Dodi Bahar Fathory, Edwin Sutadipraja, dan Pramudya Anathur. Sementara untuk calon komisaris terdiri dari: Warsito, H. Mohammad Yamin, Hendrid, Debi Herdian, dan Hipni.
Warsito, salah satu kandidat komisaris, menyebut wawancara ini sebagai bagian dari tahapan akhir setelah dirinya dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan (UKK). “Alhamdulillah saya dinyatakan lulus UKK dan kini menjalani wawancara dengan bupati sebagai bagian dari fit and proper test,” ujarnya.
Menurut Warsito, tantangan terbesar dalam posisi komisaris adalah menjamin agar roda bisnis BUMD dapat berjalan optimal dan menghasilkan deviden bagi daerah. “Komisaris harus memastikan BUMD tidak hanya berjalan, tapi juga menguntungkan dan mampu membiayai operasionalnya sendiri,” tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya pengembangan usaha yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan karakteristik ekonomi lokal. “Usaha yang dikembangkan harus tepat sasaran dan realistis untuk dijalankan,” tuturnya.
Sementara itu, M. Yamin, kandidat komisaris lainnya, menyoroti pentingnya konsistensi perusahaan dalam menjalankan bisnis berdasarkan kajian hukum dan bisnis yang matang. “Setiap usaha harus melalui kajian serius sebelum dijalankan. Kalau soal gaji, jika sudah ada aturannya, saya pikir tidak masalah,” ungkapnya.
Ia juga menyarankan agar unit usaha BUMD yang ada saat ini ditinjau ulang untuk mengetahui kelayakan keberlanjutannya.
Dari sisi calon direktur, Dodi Bahar Fathory menilai tantangan mengelola BUMD sangat besar, terutama dalam menciptakan usaha yang cepat menghasilkan. Ia bahkan membuka wacana mengakuisisi unit usaha strategis seperti SPBU guna menjawab kebutuhan masyarakat sekaligus mendatangkan potensi pemasukan.
“Misalnya SPBU, itu menyangkut kebutuhan banyak orang dan kendaraan operasional pemkab. Jika dikelola dengan benar, bisa menghasilkan, meskipun beberapa kasus sebelumnya ada yang merugi,” jelasnya.
Dodi juga menegaskan pentingnya BUMD menjadi motor penggerak ekonomi lokal. “Pringsewu tak punya ruang untuk industri besar, tapi sektor agribisnis dan turunannya bisa menjadi andalan pengembangan ekonomi daerah,” pungkasnya.
Wawancara ini menjadi bagian krusial dalam menentukan arah dan strategi BUMD Pringsewu ke depan, dalam upaya memperkuat kemandirian ekonomi daerah melalui badan usaha milik pemerintah.***