• Biolink
  • Djadin Media
  • Network
  • Sample Page
Sunday, November 9, 2025
  • Login
Djadin Media
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
Djadin Media
No Result
View All Result
Home Daerah

Absurd Dan Ironi Dalam Prosa Satir Muhammad Alfariezie: Antara Aki, Komputer, Dan Demokrasi

MeldabyMelda
September 8, 2025
in Daerah
0
Absurd Dan Ironi Dalam Prosa Satir Muhammad Alfariezie: Antara Aki, Komputer, Dan Demokrasi

DJADIN MEDIA- Karya “Negeri Yang Rusak Karena Aki Dan Komputer” oleh Muhammad Alfariezie menghadirkan prosa liris satir yang memadukan bahasa sehari-hari dengan imaji absurd untuk menyingkap ironi politik dan birokrasi di Indonesia, khususnya dalam konteks daerah. Prosa ini bukan hanya sekadar tulisan ringan, tetapi juga refleksi tajam terhadap kerusakan struktural pemerintahan dan dinamika demokrasi yang sering kali pincang akibat pilihan rakyat yang sembrono dan keputusan pejabat publik yang ceroboh.

Negeri Yang Rusak Karena Aki Dan Komputer

Pegawai negeri gagal mengerjakan laporan
karena yang wali kota bawa komputer rusak
sehingga kantor sepi dan penjara sumpek
sebab kerja KPK menangkap semua pimpinan instansi

Pegawai negeri terjebak di titik kumpul
dan terpaksa panas-panasan menunda wisata
karena yang dibeli gubernur aki rusak
sedangkan hari minggu semua bengkel tutup

Sial mereka karena ketika pilkada, ibu-ibu tidak
seperti membeli buah atau sayur

Kasihan mereka karena saat pemilihan kepala daerah,
anak muda tidak jelih seperti membeli thrifting

2025

Tema Dan Relevansi
Prosa ini menyoroti kerusakan tata kelola pemerintahan melalui metafora sederhana namun kuat: komputer rusak, aki rusak, dan pilihan rakyat yang sembrono. Kritiknya tidak hanya diarahkan pada pejabat publik, tetapi juga pada masyarakat yang kurang cermat dalam menentukan pemimpin. Dengan demikian, karya ini menghadirkan refleksi tentang demokrasi yang lemah akibat ketidakseriusan kolektif dan kesalahan struktural dalam birokrasi.

Gaya Dan Bentuk
Alfariezie menggunakan gaya satir dengan nuansa liris, memadukan irama repetitif, diksi sehari-hari, dan potongan fragmen absurd. Ungkapan seperti “ibu-ibu tidak seperti membeli buah” dan “anak muda tidak jelih seperti membeli thrifting” memberikan kesan ringan dan jenaka, tetapi menyimpan kritik pedas terhadap ketidakdewasaan dalam proses politik. Bentuknya tidak linear, melainkan susunan fragmen yang menyusun gambaran negara rusak secara fragmentaris, sehingga pembaca diajak menghubungkan potongan-potongan ini menjadi refleksi kritis.

Kekuatan
Keberanian metaforis: penggunaan benda-benda remeh seperti aki, komputer, buah, dan thrifting untuk mewakili persoalan serius memberikan nuansa segar dan unik.
Nada satir yang konsisten: ironi disampaikan melalui humor getir, menjadikan kritik lebih menggigit dan mudah diingat.
Kedekatan dengan pembaca lokal: istilah keseharian dan situasi sehari-hari membuat satire terasa akrab dan kontekstual bagi masyarakat Lampung dan pembaca Indonesia secara umum.
Kejelasan pesan moral: meski menggunakan absurditas, prosa ini tetap mengarahkan pembaca pada kesadaran kritis tentang tata kelola pemerintahan dan pilihan politik masyarakat.

Kelemahan
Imaji absurd berisiko kabur: pembaca awam mungkin sulit menangkap makna politis jika membaca permukaan tanpa memahami konteks sosial dan budaya.
Minim eksplorasi emosional: penderitaan pegawai negeri dan masyarakat lebih banyak dijadikan bahan sindiran daripada penelusuran perasaan atau pengalaman mendalam.
Kurangnya alur naratif: prosa lebih menyerupai potongan kritik daripada kisah utuh, sehingga pembaca bisa kehilangan orientasi jika mencari narasi linier.

Penilaian Keseluruhan
Sebagai karya satir kontemporer dari Lampung, tulisan ini menegaskan posisi Muhammad Alfariezie sebagai pengarang yang berani mengeksplorasi bahasa metaforis dalam kritik sosial-politik. “Negeri Yang Rusak Karena Aki Dan Komputer” memperlihatkan bagaimana absurditas keseharian dapat dijadikan simbol kerusakan struktural negara. Prosa ini berhasil menjadi cermin getir yang jenaka tentang demokrasi dan birokrasi Indonesia, menggabungkan humor, kritik sosial, dan refleksi politik secara efektif.***

Source: ALFARIEZIE
Tags: AbsurdBirokrasi IndonesiaDemokrasiKritik SosialLiterasi PolitikMuhammad AlfariezieProsa SatirSatir Kontemporer
Previous Post

Puisi Sebagai Senjata Politik: Muhammad Alfariezie Lawan Absurditas Wali Kota

Next Post

Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Pantai Tanjung Selaki, Polisi Ajak Warga Bantu Identifikasi

Next Post
Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Pantai Tanjung Selaki, Polisi Ajak Warga Bantu Identifikasi

Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Pantai Tanjung Selaki, Polisi Ajak Warga Bantu Identifikasi

Facebook Twitter

Alamat Kantor

Perumahan Bukit Billabong Jaya Blok C6 No. 8,
Langkapura, Bandar Lampung
Email Redaksi : lampunginsider@gmail.com
Nomor WA/HP : 081379896119

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In