• Biolink
  • Djadin Media
  • Network
  • Sample Page
Sunday, September 7, 2025
  • Login
Djadin Media
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
Djadin Media
No Result
View All Result
Home Daerah

Bedah Buku “Menungguku Tiba”: Dua Doktor, Dua Cara Membaca Puisi Isbedy Stiawan ZS

MeldabyMelda
August 19, 2025
in Daerah
0
Bedah Buku “Menungguku Tiba”: Dua Doktor, Dua Cara Membaca Puisi Isbedy Stiawan ZS

DJADIN MEDIA- Buku puisi terbaru karya Isbedy Stiawan ZS berjudul “Menungguku Tiba” menjadi sorotan dalam sebuah acara bedah buku yang diselenggarakan di Gedung Rumawat Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Senin sore, 18 Agustus 2025. Acara ini menghadirkan dua akademisi bergelar doktor yang menafsirkan karya Isbedy melalui disiplin ilmu yang berbeda, sehingga membuka wacana yang kaya akan perspektif tentang puisi.

Hadir sebagai pembicara adalah Dr. Baban Banita, dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Unpad, dan Dr. Ipit Saefidier Dimyati, dosen teater Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Keduanya menelaah karya Isbedy dengan cara yang unik: Baban melalui pendekatan sastra yang menekankan simbolisme laut, sementara Ipit melalui pisau analisis teater absurd yang menyoroti nuansa keterasingan dan absurditas dalam puisi.

Ipit Saefidier Dimyati memaparkan bahwa puisi-puisi Isbedy dalam antologi ini sarat dengan nuansa penantian, keterasingan, dan absurditas yang begitu kental. Ia menyandarkan analisisnya pada konsep teater absurd Martin Esslin, sekaligus menghubungkannya dengan gagasan Wittgenstein mengenai family resemblance atau kesamaan keluarga antar-medium seni. Bagi Ipit, meski puisi dan teater adalah dua bentuk seni yang berbeda, keduanya dapat saling menemukan titik temu.

Menurut Ipit, terdapat empat tema yang menjadi jembatan antara absurditas dan karya-karya Isbedy, yaitu keterasingan (alienation), waktu dan penantian, krisis komunikasi, serta ketidakpastian makna. Pada sisi estetika, Isbedy tidak mengadopsi bentuk dramatik khas teater absurd, tetapi membangun “panggung bahasa” yang khas, dengan narasi yang terfragmentasi, repetisi tematik, serta simbol-simbol cair. Hal ini, menurut Ipit, menjadikan puisi-puisi Isbedy bukan hanya sekadar bacaan, melainkan pengalaman yang mengundang tafsir berlapis.

Sementara itu, Baban Banita menyoroti bagaimana laut hadir sebagai latar yang dominan dalam kumpulan puisi “Menungguku Tiba: Sehimpun Sajak 2022–2025.” Ia melihat laut bukan sekadar latar fisik, melainkan ruang batin yang memuat banyak simbol. Laut dalam puisi Isbedy, kata Baban, mampu berbicara tentang kerinduan, kesendirian, hiruk-pikuk kehidupan, kesabaran, hingga kematian. Menariknya, antologi ini dibuka dengan laut dan ditutup dengan laut, yang memperlihatkan konsistensi serta kedekatan penyair dengan elemen tersebut.

Baban menilai bahwa keberagaman cara Isbedy mengungkapkan pengalaman hidup melalui laut membuat puisinya kaya akan lapisan makna. Kadang-kadang laut hadir dalam bentuk simbol konotatif yang puitis, kadang pula sebagai representasi yang denotatif dan langsung. Hal ini memperlihatkan kemampuan penyair untuk menyampaikan pengalaman personalnya dengan jangkauan makna universal.

Diskusi ini dipandu oleh Dr. Irfan Hidayatullah, M.Hum., dan turut diisi dengan pembacaan serta musikalisasi puisi. Fitri Angraini, S.S., M.Pd., tampil membacakan beberapa sajak, kemudian disusul kolaborasi antara Baban Banita dan Ipit Dimyati yang menghadirkan interpretasi musikal atas puisi Isbedy. Puncak acara ditutup dengan pembacaan puisi “Biarkan Ia Mengembara Seperti Dulu Saat Sendiri” yang memberikan nuansa reflektif.

Acara ini berhasil menarik lebih dari 70 peserta, terdiri dari akademisi, mahasiswa, penulis, penyair, hingga pegiat sastra. Beberapa tokoh yang hadir di antaranya Ketua Pusat Budaya Sunda Unpad Prof. Ganjar Kurnia, Kaprodi Sastra Indonesia FIB Unpad Nani Darmayanti, Ph.D., Dr. Lina Meilinawati Rahayu, M.Hum., serta sejumlah pegiat sastra seperti Hikmat Gumelar, Wawai, Riki Nawawi, Hasna, Rahman (SundaDigi), dan Rosyid E. Abby.

Bedah buku ini menunjukkan bahwa karya sastra tidak pernah berhenti menghadirkan ruang tafsir yang luas. Puisi-puisi Isbedy Stiawan ZS terbukti mampu dibaca dari berbagai sudut pandang, baik melalui analisis teater maupun simbolisme laut, yang masing-masing memperkaya pemahaman pembaca. Pertemuan dua pendekatan berbeda ini menegaskan bahwa puisi tetap relevan sebagai medium untuk menyingkap kompleksitas kehidupan, serta menjembatani dialog lintas disiplin ilmu.***

Source: ISBEDY SETIAWAN
Tags: Bedah BukuIsbedy Stiawan ZSMenungguku TibaPuisi IndonesiaSastra Lampung
Previous Post

RMD Menang, Gerindra Hidup Santai di atas Penderitaan Rakyat Lampung

Next Post

Manchester United Kalah, Pelatih Bhayangkara Presisi Lampung FC Galau?

Next Post
Manchester United Kalah, Pelatih Bhayangkara Presisi Lampung FC Galau?

Manchester United Kalah, Pelatih Bhayangkara Presisi Lampung FC Galau?

Facebook Twitter

Alamat Kantor

Perumahan Bukit Billabong Jaya Blok C6 No. 8,
Langkapura, Bandar Lampung
Email Redaksi : lampunginsider@gmail.com
Nomor WA/HP : 081379896119

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In