DJADIN MEDIA– Pelatih Kepala PSM Makassar, Bernardo Tavares, Mengaku Pesimis Klub-Klub Indonesia Mampu Memainkan Sepakbola Atraktif Layaknya Gaya Yang Diterapkan Pep Guardiola. Hal Itu Ia Sampaikan Dalam Konferensi Pers Menjelang Laga Melawan Bhayangkara Presisi Lampung FC Di Stadion Sumpah Pemuda, Way Halim, Jumat 15 Agustus 2025.
Menurut Bernardo, Realita Sepakbola Indonesia Membuat Klub Lebih Cocok Memainkan Gaya Bermain Reaktif, Seperti Yang Sering Diadopsi Jose Mourinho. Ia Menilai Faktor Finansial Menjadi Penentu Utama Dalam Gaya Permainan, Strategi, Serta Pola Pembinaan Tim.
“Guardiola Selalu Mendapat Tim Dengan Kekuatan Finansial Besar Yang Bisa Membeli Pemain Sesuai Kebutuhan Di Semua Lini. Berbeda Dengan Mourinho Yang Sering Berselisih Dengan Presiden Klub Karena Finansial Tidak Stabil. Di Indonesia, Situasinya Jauh Lebih Mirip Dengan Mourinho,” Ujar Tavares.
Ia Mencontohkan Bagaimana Klub-Klub Indonesia Masih Berjuang Dalam Aspek Finansial, Meski Regulasi Liga Membolehkan Perekrutan Hingga 11 Pemain Asing. Hingga Saat Ini Belum Ada Klub Yang Benar-Benar Menguntungkan Secara Finansial, Bahkan Beberapa Pemilik Klub Besar Seperti Borneo FC Dan Persib Bandung Terbuka Mengakui Hal Itu.
Bahkan Klub Besar Seperti Persija Jakarta Pernah Disanksi FIFA Karena Menunggak Gaji Pemain. PSM Makassar Sendiri Mengalami Masalah Serupa Hingga Tiga Musim Berturut-Turut Tidak Bisa Membeli Pemain. Situasi Itu Membuat Klub Indonesia Sulit Mendatangkan Pemain-Pemain Berkualitas.
“Pemain Yang Lebih Bagus Justru Lebih Memilih Ke Malaysia Dan Thailand Karena Mereka Mendapat Jaminan Finansial Yang Lebih Baik. Akibatnya Klub Indonesia Tidak Mampu Bersaing Bahkan Di Level Asia Kasta Kedua Dan Ketiga,” Tambahnya.
Bernardo Menegaskan Bahwa Selama Masalah Finansial Belum Benar-Benar Teratasi, Klub-Klub Indonesia Akan Sulit Mengembangkan Gaya Permainan Atraktif Seperti Yang Diharapkan Banyak Pihak. Baginya, Tantangan Terbesar Sepakbola Nasional Bukan Hanya Soal Taktik, Tetapi Lebih Kepada Pondasi Ekonomi Klub Yang Harus Diperkuat.***