DJADIN MEDIA — Suasana malam di Pendopo Graha Pamungkas, Pringkumpul, Rabu (11/6/2025), terasa berbeda. Di bawah gemerlap cahaya dan nuansa kebangsaan, Bupati Pringsewu Riyanto Pamungkas dan penyair kawakan Isbedy Stiawan ZS tampil dalam panggung istimewa: membacakan puisi kebangsaan, lalu saling beradu kata dalam “duel” puisi yang membakar semangat nasionalisme.
Puisi “Aku” dibacakan oleh sang bupati, sementara Isbedy yang dijuluki Paus Sastra Lampung memilih membawakan “Rawa Subur”. Keduanya menebar energi cinta tanah air lewat lirik, rima, dan resonansi rasa.
🎤 Panggung Sastra untuk Negeri
Tak hanya dua tokoh itu, pembacaan puisi juga melibatkan tokoh-tokoh daerah: Wakil Bupati Pringsewu Umi Laila, Wakil Ketua Komisi I DPRD Lampung Ade Utami Ibnu, mantan Bupati Pringsewu KH. Sujadi Saddat, dan mantan Ketua P3KP Wanawir. Malam itu, puisi menjadi bahasa bersama yang menyatukan pejabat, sastrawan, dan masyarakat.
Acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, bukan sekadar seremoni, tapi sebagai wadah ekspresi nilai-nilai Pancasila melalui seni dan sastra.
🎙️ Pancasila dalam Suara Hati
Mewakili Gubernur Lampung, Kepala Kesbangpol Provinsi Senen Mustakim menyampaikan apresiasi atas inisiatif Pemkab Pringsewu. Ia menyebut acara ini luar biasa dan berharap bisa menjadi agenda rutin.
“Pancasila adalah jiwa bangsa. Malam ini kita rayakan bukan hanya lewat seremoni, tapi lewat suara hati yang menyentuh nurani,” ujarnya.
📚 Sastra untuk Bangkitkan Literasi Generasi Muda
Dalam sambutannya, Bupati Riyanto berharap kegiatan ini dapat membangkitkan kecintaan anak muda Pringsewu terhadap sastra dan literasi. Ia mengaku prihatin melihat minimnya minat generasi muda terhadap tulisan dan puisi.
“Anak muda hari ini lebih banyak menyampaikan pendapat lewat media sosial tanpa tanggung jawab. Kita ingin menghidupkan kembali ruang ekspresi yang mendidik dan membangun karakter,” kata Riyanto.
📝 Sastra adalah Napas Perjuangan
Isbedy Stiawan ZS menyambut hangat gelaran ini dan menilai bahwa kehadiran pemimpin daerah yang peduli sastra adalah berkah. Ia menegaskan bahwa sejarah bangsa pun dibangun oleh sastrawan, mengingat M. Yamin, konseptor Sumpah Pemuda, adalah seorang penyair futuristik.
“Negara seharusnya berterima kasih pada para penyair. Karena lewat mereka, ide tentang Indonesia lahir bahkan sebelum negaranya ada,” tutur Isbedy.
Acara ini turut dihadiri oleh Ketua DPRD Pringsewu Suherman, Kapolres AKBP M. Yunus Saputra, Dandim 0424 Letkol Inf. Vicky Heru Harsanto, Kajari, TP-PKK, akademisi, seniman, tokoh agama, dan berbagai elemen masyarakat.***