DJADIN MEDIA– Lampung Timur Suasana hangat dan penuh nilai tradisi menyelimuti Dusun Kuningan, Desa Braja Asri, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur, saat warga setempat menggelar malam peringatan Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, Selasa malam (1/7/2025).
Mengangkat tema “Guyub Rukun Dusun Kuningan”, acara berlangsung semarak dengan pertunjukan wayang kulit dan pemberian santunan kepada 21 anak yatim. Santunan ini diberikan dalam bentuk uang tunai, sebagai wujud kepedulian dan kebersamaan sosial warga.
Tradisi Rutin, Gotong Royong Jadi Kunci
Ketua pelaksana kegiatan, Lasimen, menyampaikan bahwa acara ini bukan hal baru, melainkan tradisi tahunan yang terus dijaga oleh masyarakat Dusun Kuningan.
“Kita laksanakan dengan gotong royong, tanpa sponsor besar, tapi penuh kekeluargaan. Semua warga turun tangan,” ujar Lasimen.
Wayang kulit sengaja dipilih untuk menjaga nilai-nilai budaya dan memperkuat dakwah Islam melalui seni. Kehadiran dalang lokal pun membuat suasana semakin kental dengan kearifan lokal.
Camat Way Jepara Apresiasi dan Bawa Pesan Layanan Gratis
Turut hadir Camat Way Jepara, yang memberikan apresiasi tinggi atas kekompakan warga dan menyampaikan berbagai informasi penting kepada masyarakat, seperti:
- Layanan administrasi GRATIS: KTP, KK, Akta Kelahiran, dan Isbat Nikah.
- Program pemutihan pajak kendaraan berlaku hingga 30 Juli 2025.
- Imbauan soal kesehatan mental dan bahaya narkoba di kalangan remaja.
“Jika ada anak muda yang butuh rehabilitasi akibat penyalahgunaan narkoba, jangan ragu untuk lapor. Pemerintah siap bantu,” tegas Camat.
Wayang Kulit, Hiburan + Pendidikan
Selepas salat Isya, pertunjukan wayang kulit dimulai dan berlangsung hingga dini hari. Puluhan warga dari berbagai usia turut hadir dan menikmati sajian budaya ini. Selain menjadi hiburan, pementasan ini juga membawa pesan-pesan moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Harapan Warga: Jangan Hanya Setahun Sekali
Kegiatan ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Warga berharap tradisi semacam ini terus dijaga, tak hanya sebagai seremoni, tetapi juga sebagai sarana memperkuat spiritualitas dan mempererat tali silaturahmi.
“Semoga acara seperti ini terus dilestarikan. Bukan hanya soal merayakan tahun baru Islam, tapi juga menjaga nilai sosial, budaya, dan agama,” ujar salah satu warga.***