DJADIN MEDIA- Aroma antusiasme dunia literasi di Kota Metro kembali meledak lewat gelaran Festival Kampung Literasi 2025. Ajang ini tak hanya menghadirkan suasana penuh kreativitas, tetapi juga menjadi saksi lahirnya generasi muda pecinta sastra yang tampil memukau di panggung Lomba Baca Puisi.
Awalnya, agenda saya hanyalah mengantar anak mengikuti tes masuk SMA Muhammadiyah Ahmad Dahlan (MuAD) Kota Metro untuk Tahun Ajaran 2026. Namun, setelah proses wawancara selesai, anak saya meminta untuk berkeliling sejenak di Kota Metro. Seperti sudah menjadi tradisi, tujuan kami adalah rumah Solihin Utjok, Ketua Dewan Kesenian Metro (DKM) sekaligus penyair yang sudah lama saya kenal.
Saya pun menghubungi Solihin melalui WhatsApp. Namun, pesan balasan justru datang dari Adhiet, anggota DKM yang mengatakan bahwa Solihin tengah menjadi juri lomba baca puisi di Kampung Literasi. Setelah lokasi dikirimkan, saya segera menuju tempat acara dengan bantuan Google Maps.
Setibanya di sana, suasana sudah hidup. Meski baru 7 dari total 25 peserta yang tampil, energi festival sudah terasa kuat. Mereka yang hadir tampak serius mempersiapkan diri, sementara penonton menikmati setiap penampilan yang menggema dari atas panggung.
Festival Kampung Literasi ini merupakan agenda rutin yang digelar Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Ronaa yang diketuai Aka Fitrio Atmaja. Tahun demi tahun, festival ini menjadi magnet bagi siswa dan pecinta sastra yang ingin mengukur kemampuan sekaligus menunjukkan kecintaan terhadap puisi.
Para peserta diwajibkan membaca satu puisi pilihan panitia, yaitu “Membaca Tanda-Tanda” karya Taufiq Ismail. Puisi legendaris yang sering menjadi pilihan lomba ini menuntut pendalaman makna, kekuatan vokal, serta penghayatan yang matang. Tak heran, meski sebagian peserta masih muda, kualitas pembacaan mereka patut mendapat tepuk tangan.
Para juri yang hadir bukanlah nama sembarangan: Solihin Utjok, Imam Susanto, dan Ari Siswanto. Ketiganya merupakan sosok yang telah lama berkarya dan berkiprah dalam dunia seni di Kota Metro. Kapabilitas mereka tak diragukan lagi dalam menilai teknik vokal, penghayatan, serta kreativitas peserta.
Ditemani Adhiet yang sesekali mengambil gambar untuk dokumentasi, saya menikmati setiap penampilan sambil duduk bersama anak saya, Dzafirah Adeliaputri Isbedy. Dzafirah, yang memang sering mengikuti lomba baca puisi, tampak antusias menyaksikan para peserta tampil.
Namun, waktu membatasi saya. Saat adzan zuhur berkumandang, saya harus meninggalkan lokasi meski masih ada lima peserta yang belum tampil. Ada keinginan untuk menunggu sampai pengumuman pemenang, tetapi Dzafirah harus segera kembali ke pondoknya di SMP MuAD.
Setelah tiba di rumah di Bandar Lampung sekitar pukul 14.00, rasa penasaran saya soal siapa pemenang lomba masih menggelitik. Saya pun menghubungi Adhiet dan tak hanya mendapatkan daftar pemenang, tetapi juga bonus foto juara pertamanya.
Berikut para pemenang Festival Kampung Literasi Metro 2025:
1. Juara 1: Hernes Raflesia A. – SMANDA Metro
2. Juara 2: Mutiara Silviana – SMA At Tanwir Metro
3. Juara 3: Nurrohman S.– SMANDA Metro
Para peserta tampil hampir setara dalam kualitas vokal, penghayatan, serta kemampuan mereka menghidupkan puisi “Membaca Tanda-Tanda”. Bagi banyak peserta, modal vokal yang kuat sudah menjadi awal yang baik. Jika terus diasah, mereka berpotensi menjadi pembaca puisi yang memiliki karakter dan ciri khas kuat. Ditambah kreativitas panggung, penampilan mereka akan semakin hidup dan menggugah.
Festival ini kembali membuktikan bahwa dunia literasi di Kota Metro terus tumbuh dan melahirkan talenta-talenta baru yang siap bersinar. Penghargaan patut diberikan kepada PKBM Ronaa sebagai penyelenggara, para dewan juri, dan seluruh peserta yang telah menunjukkan kecintaan mereka terhadap puisi.***

