DJADIN MEDIA- Sebuah babak baru dimulai bagi para petambak eks Dipasena di Tulangbawang, Lampung. Setelah bertahun-tahun berjuang tanpa perusahaan inti, mereka kini bangkit kembali dengan semangat kebersamaan dan tekad kuat untuk mengelola tambak secara mandiri. Meski jalan yang ditempuh penuh rintangan, geliat aktivitas di tambak-tambak ini perlahan menghidupkan kembali kejayaan Bumi Dipasena yang pernah menjadi ikon sentra udang nasional.
Pada masa keemasan di era 1990-an, Lampung dikenal sebagai produsen udang terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak lepas dari pola kemitraan yang dijalankan PT Dipasena Citra Darmaja dan PT Central Pertiwi Bahari. Namun, setelah kemitraan itu terhenti, posisi Lampung merosot drastis hingga hanya menempati peringkat lima nasional. Pemerintah pusat dan daerah pun terus mencari cara agar sektor pertambakan, khususnya di Dipasena, kembali berjaya.
Direktur PT Sakti Biru Indonesia (SBI), Suseno Reffandi, menegaskan pihaknya siap mendukung kebangkitan para petambak. “Baik pemerintah pusat maupun daerah terus berupaya agar pertambakan Lampung, khususnya di Bumi Dipasena, bisa bangkit dan berjaya kembali. Kami hadir untuk mendampingi para petambak agar mampu mengelola tambak secara lebih modern dan terukur,” ujarnya.
Tantangan yang Mengadang Petambak
Meski para petambak sudah berpengalaman, mereka tetap menghadapi persoalan besar yang menghambat produksi. Beberapa kendala utama meliputi kualitas air dan lingkungan yang menurun, keterbatasan sarana prasarana, hingga absennya standar operasional baku (SOP) dalam budidaya. Tidak hanya itu, keterbatasan modal juga menjadi masalah serius yang membuat hasil produksi sering kali tidak stabil.
Untuk menjawab tantangan tersebut, PT SBI menjalin kemitraan dengan Badan Pengurus Wilayah (BPW) Bumi Dipasena Makmur (BDM) di bawah naungan BPP P3UW Lampung. Kolaborasi ini bertujuan memperbaiki sistem produksi sekaligus menerapkan SOP yang jelas sehingga petambak dapat menjalankan budidaya dengan pola yang konsisten dan terukur.
Pendampingan Intensif dan Pelatihan Modern
Sebagai langkah nyata, PT SBI memberikan pelatihan gratis bagi perwakilan petambak di fasilitas riset dan produksi mereka yang berlokasi di Suak, Lampung Selatan. Materi pelatihan mencakup berbagai aspek penting, mulai dari manajemen persiapan kolam, pemberian pakan di masa kritis awal budidaya, hingga metode pengecekan anco secara rutin.
Para alumni pelatihan ini diharapkan menjadi agen perubahan di kelompok tambak masing-masing. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan baru, mereka mampu mengedukasi petambak lain agar menerapkan SOP yang lebih efektif. PT SBI juga membantu menyediakan benur, probiotik, dan pakan tambahan melalui skema pembayaran ringan sehingga tidak membebani biaya produksi. “Kami ingin SOP ini benar-benar berjalan optimal dan membawa hasil nyata,” kata Suseno.
Panen Raya, Momentum Kebangkitan Bersama
Sebagai tanda kebangkitan, panen raya udang akan digelar pada 10–12 September 2025 di Bumi Dipasena. Acara besar ini tidak hanya menjadi simbol optimisme, tetapi juga wadah silaturahmi dan unjuk hasil kerja keras para petambak. Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, dijadwalkan hadir untuk menyaksikan secara langsung keberhasilan ini. “Gubernur sudah menyatakan kesediaannya untuk hadir di acara panen raya itu,” ungkap Suseno penuh semangat.
Saat ini, BPW Bumi Dipasena Makmur membawahi dua blok tambak, yakni Blok 10 dan Blok 11, dengan total 1.200 kepala keluarga serta 2.400 petak tambak. Kehadiran SOP baru mulai menunjukkan hasil positif, dengan tren produksi yang perlahan membaik. Salah satu perwakilan petambak, Sukri, menyambut baik inisiatif tersebut. “Kami sangat terbantu. Ada kekeluargaan di antara petambak, dan dengan SOP baru ini produksi mulai menunjukkan tren perbaikan. Semoga bisa menjadi percontohan bagi tambak lainnya,” ucapnya.
Peran Strategis PT Sakti Biru Indonesia
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perudangan terintegrasi, PT SBI mengelola seluruh rantai usaha mulai dari hatchery, nursery, pembesaran, hingga perdagangan pascapanen. Perusahaan ini juga tengah menyiapkan fasilitas cold storage untuk menjaga kualitas udang sebelum dipasarkan.
Selain itu, PT SBI memiliki lini usaha pendukung seperti produksi probiotik, feed additive berbahan dasar maggot, serta laboratorium RT-PCR yang dapat mendeteksi dini hingga tujuh jenis penyakit udang. Teknologi ini menjadi senjata penting untuk mengantisipasi penyakit yang kerap menjadi momok dalam budidaya udang.
Dengan kombinasi antara pengalaman, kompetensi, dan antusiasme kerja sama dari para petambak, PT SBI optimistis dapat membawa Bumi Dipasena kembali ke peta utama produksi udang nasional. “Dengan pengalaman dan kompetensi yang kami miliki serta antusiasme kerja sama dari petambak, kami yakin bisa mendorong para petambak eks Dipasena untuk kembali berjaya,” tutup Suseno penuh optimisme.***
