DJADIN MEDIA— Pelaksanaan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, mulai menuai keluhan dari sejumlah siswa sekolah dasar dan menengah pertama. Program yang baru berjalan sejak awal pekan ini dikritik karena mutu makanan yang dinilai kurang layak untuk dikonsumsi.
Keluhan ini mulai terdengar sejak hari kedua program dijalankan. Para siswa mengungkapkan bahwa makanan yang mereka terima tidak selalu dalam kondisi baik. Beberapa buah-buahan seperti salak ditemukan dalam keadaan membusuk di bagian dalam, sementara menu lauk pauk seperti tempe bacem dilaporkan masih mentah. Tak hanya itu, lalapan selada yang disajikan juga disebut terasa pahit oleh sejumlah siswa.
“Sayurnya pahit, terus tempenya juga belum matang waktu itu,” ujar salah satu siswa kelas 7.3 SMPN 1 Patoman, diamini teman-teman satu kelasnya.
Hal senada juga disampaikan siswa kelas 6 SDN 1 Patoman. Mereka mengeluhkan kondisi makanan sejak hari pertama program dijalankan pada Senin (4/8). Menurut mereka, ketidaknyamanan dalam menerima makanan ini membuat sebagian besar siswa memilih tidak menghabiskan jatah makan siang mereka.
Saat dilakukan penelusuran ke dapur pengelola MBG di Jalan Raya Pagelaran, awak media tidak diizinkan masuk dan tidak mendapat tanggapan resmi. Edwin, pihak yang disebut sebagai penanggung jawab lapangan (SPPI), juga menolak memberikan keterangan saat dihubungi via WhatsApp. Ia menyarankan agar pertanyaan diarahkan ke pihak lain yang disebutnya sebagai BGN, tanpa merinci lebih lanjut.
Ketidakjelasan tanggung jawab ini menambah kekhawatiran para orang tua. Pratiwi, salah satu wali murid SMPN 1 Patoman, mengungkapkan kekecewaannya terhadap mutu makanan yang diterima anak-anak. Ia menilai bahwa meskipun program ini memiliki tujuan mulia, realisasi di lapangan sangat mengecewakan.
“Program ini kan dananya besar, seharusnya kualitas makanan yang diterima juga layak. Kami khawatir kalau sayuran tidak dicuci bersih atau masih mengandung pestisida. Ini menyangkut kesehatan anak-anak kami,” ujarnya.
Orang tua berharap agar pemerintah tidak hanya menggulirkan program, tetapi juga melakukan pengawasan ketat dan evaluasi rutin terhadap pelaksanaannya. Harapan mereka sederhana: makanan yang layak, bersih, dan aman untuk dikonsumsi anak-anak sekolah setiap hari.***