DJADIN MEDIA – Lamban Sastra Isbedy Stiawan menggelar lomba baca puisi esai yang diklaim sebagai yang pertama di Indonesia, mulai pagi ini, Rabu 13 Agustus 2025. Kegiatan ini mendapatkan dukungan dari tokoh literasi nasional Denny JA dan bekerja sama dengan Gerakan Literasi Lampung (GLL) yang dipimpin oleh Septiana Natali, guru seni SMAN 9 Bandar Lampung.
Direktur Lamban Sastra, Fitri Angraini, menjelaskan bahwa kerja sama ini lahir dari pengamatan terhadap konsistensi GLL dalam menggerakkan literasi di Lampung. “Saya berkolaborasi dengan GLL karena saya amati selama ini komunitas ini cukup aktif dalam literasi dan kepenulisan. Kami ingin memaksimalkan potensi tersebut,” ungkap Fitri. Ia menambahkan, hubungan baik dengan Septiana menjadi faktor tambahan yang mendorong terjalinnya sinergi ini. “Ini pertama kali kami bersinergi secara resmi, dan semoga menjadi awal kolaborasi yang berkelanjutan,” katanya.
Septiana Natali, selaku pimpinan GLL, menyatakan rasa bangganya bisa berpartisipasi dalam lomba yang berskala nasional ini. Ia menekankan bahwa kegiatan ini menjadi kesempatan untuk menumbuhkan minat membaca, menulis, dan mengapresiasi karya sastra di kalangan generasi muda Lampung. “Kami akan memaksimalkan kemampuan seluruh anggota untuk menyukseskan acara ini. Harapannya lomba ini berjalan lancar dan hasilnya dapat membanggakan Lampung di tingkat nasional,” ujar Septiana sebelum pembukaan lomba.
Gerakan Literasi Lampung yang didirikan pada tahun 2023 kini telah memiliki 20 anggota aktif yang peduli pada literasi dan kepenulisan. Septiana menambahkan bahwa melalui lomba ini, GLL ingin memperluas jangkauan literasinya, sekaligus menginspirasi komunitas lain untuk aktif dalam kegiatan budaya dan sastra.
Lomba Baca Puisi Esai ini diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum yang memiliki minat pada sastra. Para peserta tidak hanya dinilai dari kemampuan membacakan puisi dan esai, tetapi juga dari kedalaman interpretasi dan kemampuan mengekspresikan makna teks.
Fitri Angraini berharap lomba ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sebagai ruang edukasi dan apresiasi sastra. “Kami ingin kegiatan ini mendorong kreativitas, meningkatkan kemampuan literasi, serta memperkenalkan karya-karya lokal ke panggung yang lebih luas,” tuturnya.
Panitia juga menyiapkan berbagai sesi workshop dan diskusi sastra yang melibatkan peserta, guru, dan komunitas literasi lain, sehingga lomba ini dapat memberikan pengalaman belajar yang komprehensif dan inspiratif bagi seluruh peserta.***