• Biolink
  • Djadin Media
  • Network
  • Sample Page
Tuesday, November 25, 2025
  • Login
Djadin Media
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
Djadin Media
No Result
View All Result
Home Daerah

Lirisisme Waktu dan Kepekaan Alam dalam Puisi “Senyum yang Mengalir di Antara Gugur” Karya Muhammad Alfariezie: Meditasi Puitik tentang Kehilangan dan Kehidupan

MeldabyMelda
October 30, 2025
in Daerah
0
Lirisisme Waktu dan Kepekaan Alam dalam Puisi “Senyum yang Mengalir di Antara Gugur” Karya Muhammad Alfariezie: Meditasi Puitik tentang Kehilangan dan Kehidupan

DJADIN MEDIA- Puisi “Senyum yang Mengalir di Antara Gugur” karya Muhammad Alfariezie menawarkan pengalaman membaca yang menenangkan sekaligus memikat, membawa pembaca menyelami kesadaran waktu, kefanaan, dan hubungan manusia dengan alam. Melalui diksi yang sederhana namun kaya makna, penyair mengajak kita merenung tentang perpisahan, kenangan, dan ketahanan emosional di tengah perubahan yang tak terelakkan.

Senyum yang Mengalir
di Antara Gugur

Sebelum kembang gugur
melebur dengan sesuatu
yang subur, ingatlah
geraknya mengalirkan
senyum

Sebelum sungai mengering
menyisakan lumut dan batu,
rekamlah hijau teduh percik
dan gemerciknya

Sebelum jemu dan jauh
meninggalkanku, ingatlah
ladang bahagia kita telah
menyingkap warna rahasia

Kamu tentu tahu bagaimana
saya berusaha dan saya
paham semangatnya tumbuh
dari sana

2025

Tema dan Latar Rasa

Tema utama puisi ini berpusat pada kesadaran akan kehilangan dan pentingnya mengingat sebelum perpisahan menjadi nyata. Pengulangan kata “sebelum” di setiap bait menjadi poros struktur dan makna puisi, menekankan ritme waktu yang terus bergerak dan mengingatkan pembaca tentang kefanaan segala sesuatu.

Alam dalam puisi ini bukan sekadar latar; ia menjadi medium refleksi batin. Dari kembang yang gugur, sungai yang mengering, hingga ladang bahagia, setiap elemen alam berfungsi sebagai cermin perasaan manusia. Penyair membangun hubungan simbiotik antara alam dan pengalaman emosional: perubahan alam menjadi simbol perubahan hidup dan hubungan manusia.

Struktur dan Gaya Bahasa

Muhammad Alfariezie menggunakan paralelisme repetitif yang menimbulkan ritme meditatif. Struktur “Sebelum…”, diikuti deskripsi alam dan perasaan, menciptakan suasana kontemplatif. Kalimat-kalimatnya yang pendek dan tanpa tanda baca berlebihan menghadirkan kelembutan, sekaligus memberi tekanan emosional yang tersirat.

Gaya metaforis yang kaya terlihat pada frasa “melebur dengan sesuatu yang subur” atau “ladang bahagia kita telah menyingkap warna rahasia”. Kontradiksi estetis antara gugur dan subur, mengering dan gemericik, menambah dimensi paradoksal antara cinta, waktu, dan kefanaan, sekaligus memperdalam pengalaman pembaca.

Diksi dan Imaji

Puisi ini kaya imaji visual dan auditori. Kata kembang, sungai, lumut, gemercik, dan ladang bahagia menimbulkan suasana teduh dan kontemplatif. Imaji visual yang digabungkan dengan imaji auditori seperti “gemerciknya” menghadirkan keseimbangan antara diam dan gerak, antara hening dan bunyi.

Frasa “senyum yang mengalir” menjadi simbol pusat: senyum mewakili kebahagiaan dan harapan, sementara “mengalir” menunjukkan kesinambungan yang tenang, meski berada di tengah kefanaan. Imaji ini menguatkan kesan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada waktu atau keberadaan, tetapi pada kemampuan untuk meresapi dan menghargai momen.

Nilai Emosional dan Filosofis

Nada puisi ini melankolis namun penuh harapan. Ada kesadaran bahwa segala sesuatu akan berlalu, tetapi penyair mendorong pembaca untuk mencatat, mengingat, dan memahami momen sebelum hilang. Bait terakhir puisi menutup dengan afirmasi kuat: usaha, pemahaman, dan semangat yang tumbuh dari kenangan menjadi inti ketahanan manusia menghadapi kehilangan.

Puisi ini menyampaikan filosofi mendalam: yang penting bukan menghindari kehilangan, tetapi menemukan makna dalam prosesnya. Ia mengajarkan kita untuk tetap hadir, menghargai momen, dan menjaga keterhubungan dengan alam serta orang-orang di sekitar kita.

Kesimpulan

“Senyum yang Mengalir di Antara Gugur” adalah meditasi puitik tentang waktu, alam, dan perasaan manusia. Muhammad Alfariezie berhasil menghadirkan karya yang sederhana secara bentuk namun kompleks secara makna, memadukan simbol alam, kesadaran waktu, dan refleksi batin. Kesederhanaan diksi menjadi kekuatan, menciptakan puisi yang menenangkan, reflektif, dan sarat makna. Puisi ini mengajak pembaca untuk tetap tersenyum meski dunia perlahan berubah dan kehilangan terasa, menegaskan bahwa keindahan terletak pada kesadaran dan penerimaan.***

Source: ALFARIEZIE
Tags: LiterasiSastraMuhammadAlfarieziePuisiIndonesiaPuisiLirikalSenyumYangMengalir
Previous Post

Polisi Panjat Tower, Warga dan Aparat Bersinergi Amankan Pelaku Pencurian Kabel di Rajabasa

Next Post

Bupati Pesawaran Tegaskan Pentingnya Data Akurat, Pastikan Bansos Tepat Sasaran

Next Post
Bupati Pesawaran Tegaskan Pentingnya Data Akurat, Pastikan Bansos Tepat Sasaran

Bupati Pesawaran Tegaskan Pentingnya Data Akurat, Pastikan Bansos Tepat Sasaran

Facebook Twitter

Alamat Kantor

Perumahan Bukit Billabong Jaya Blok C6 No. 8,
Langkapura, Bandar Lampung
Email Redaksi : lampunginsider@gmail.com
Nomor WA/HP : 081379896119

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In