• Biolink
  • Djadin Media
  • Network
  • Sample Page
Monday, November 24, 2025
  • Login
Djadin Media
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
Djadin Media
No Result
View All Result
Home Daerah

Muhammad Alfariezie “Ejek” Teori Iwan Fals, Hadirkan Karya Puitis Paling Rasional di 2025

MeldabyMelda
November 10, 2025
in Daerah
0
Puisi “Pertemuan Masa Depan” Karya Muhammad Alfariezie: Eksperimen Bahasa ala Formalisme Rusia yang Menggetarkan

DJADIN MEDIA- Penyair muda Muhammad Alfariezie berhasil mencuri perhatian publik sastra Indonesia lewat karyanya yang berjudul “Tuntunan Keinginan”. Karya ini seakan menjadi respons kritis terhadap teori yang dikemukakan Iwan Fals dalam lagu legendarisnya Seperti Matahari, yang menyebut bahwa keinginan adalah sumber penderitaan. Dengan gaya kontemporer yang reflektif dan rasional, Alfariezie menyajikan pandangan baru tentang hubungan antara hasrat, kesadaran moral, dan kebebasan batin.

“Tuntunan Keinginan” lahir dari pergulatan batin penyair antara keinginan (ingin, kehendak) dan kesadaran moral (nurani). Dalam karyanya, keinginan tidak lagi diposisikan sebagai musuh spiritual, melainkan sebagai energi eksistensial yang memandu manusia bertindak, memanfaatkan peluang, dan mencapai pencapaian yang bermakna, baik secara batin maupun sosial. Puisi ini menyuguhkan interpretasi bahwa memahami keinginan secara rasional adalah bentuk perjuangan modern, sama pentingnya dengan keberanian para pahlawan di masa lalu.

Puisi dibuka dengan pengakuan jujur mengenai kebingungan manusia terhadap keinginan yang sering tak dimengerti:

Di setiap ingin yang kadang enggak
kita mengerti, bukan tak mungkin
menyiksa nurani

Bagian selanjutnya menawarkan solusi praktis: menggantikan perasaan emosional dengan pertimbangan rasional, simbolik lewat secangkir kopi pagi. Alfariezie menekankan bahwa melalui pemahaman yang jernih, keinginan bisa diarahkan menjadi tenaga produktif, bukan beban. Malam hari digambarkan melalui metafora bulan melingkar sempurna dan wedang di meja, menandai keseimbangan antara pencapaian batin, refleksi, dan kenyamanan sederhana dalam hidup. Puisi diakhiri dengan penegasan filosofis: keinginan adalah jendela dan pintu, simbol keterbukaan, gerak, dan kesadaran diri.

Secara struktur, puisi ini tersusun dalam empat bagian yang mengalir logis:
• Bagian pertama: pengakuan tentang kebingungan menghadapi keinginan.
• Bagian kedua: menawarkan solusi rasional dan pengendalian diri.
• Bagian ketiga: pencapaian keseimbangan batin melalui refleksi malam hari.
• Bagian keempat: penegasan filosofis bahwa keinginan adalah pendorong dan jendela kehidupan.

Gaya bahasa Alfariezie lugas namun reflektif, menolak simbolisme berlebihan. Pilihan diksi seperti “nurani”, “kehendak”, “pagi dengan secangkir kopi”, hingga “bulan melingkar sempurna” menghadirkan metafora eksistensial yang menghubungkan kehidupan sehari-hari dengan renungan batin. Kehadiran kata-kata seperti “ndak” memberi sentuhan keakraban dan naturalitas, menghadirkan nuansa santai namun tetap mendalam. Irama puisi ditentukan oleh pemenggalan larik dan jeda makna, bukan rima, sehingga pembaca diajak menyesuaikan tempo refleksi dengan aliran pemikiran penyair.

Nilai filosofis puisi ini tinggi. Di era serba cepat dan penuh distraksi, keinginan kerap dianggap beban. Alfariezie justru membalik perspektif tersebut:

Keinginan adalah landasan untuk kita terbang dan selamat ketika mendarat

Baris ini menjadi inti pesan: keseimbangan antara ambisi dan pengendalian diri adalah kunci. Memahami keinginan berarti mengelola hidup dengan sadar, menjadikannya pemandu bukan penghalang.

Secara kontekstual, “Tuntunan Keinginan” menempati posisi penting dalam sastra modern Indonesia. Karya ini selaras dengan kecenderungan puisi reflektif-filosofis yang menekankan kesadaran dan pengalaman batin, bukan romantisasi simbolik. Beberapa perbandingan muncul dengan karya akhir Sapardi Djoko Damono atau renungan eksistensial Afrizal Malna, namun dengan pendekatan yang lebih kontemporer dan personal.

Alfariezie menunjukkan bahwa puisi bisa menjadi sarana meditatif, rasional, dan relevan bagi kehidupan modern. Ia menekankan bahwa memahami keinginan adalah memahami diri sendiri, menuntun kita untuk bertindak dengan bijak, mengolah peluang, dan menjaga keseimbangan batin. Dengan metafora sederhana seperti kopi, bulan, dan wedang, penyair membuka pintu menuju kesadaran yang lebih dalam: setiap keinginan adalah cermin cara kita memahami dan menjalani hidup.***

Source: ALFARIEZIE
Tags: KeinginanBatinMuhammadAlfarieziePuisiModernIndonesiaRefleksiHidupTuntunanKeinginan
Previous Post

BPN Pringsewu Peringati Hari Pahlawan, Tegaskan Kepastian Hukum dan Penataan Tata Ruang yang Berkelanjutan

Next Post

Upacara Hari Pahlawan 2025 Kabupaten Pringsewu: Ziarah, Tabur Bunga, dan Pesan Semangat untuk Generasi Muda

Next Post
Upacara Hari Pahlawan 2025 Kabupaten Pringsewu: Ziarah, Tabur Bunga, dan Pesan Semangat untuk Generasi Muda

Upacara Hari Pahlawan 2025 Kabupaten Pringsewu: Ziarah, Tabur Bunga, dan Pesan Semangat untuk Generasi Muda

Facebook Twitter

Alamat Kantor

Perumahan Bukit Billabong Jaya Blok C6 No. 8,
Langkapura, Bandar Lampung
Email Redaksi : lampunginsider@gmail.com
Nomor WA/HP : 081379896119

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In