DJADIN MEDIA– Era informasi yang bergerak begitu cepat menuntut kolaborasi yang erat antara media dan praktisi kehumasan untuk membangun kepercayaan publik. Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menegaskan hal tersebut saat membuka kegiatan Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Tahun 2025 yang digelar oleh Bongkar Post Group di Hotel Horison, Bandarlampung, Sabtu (18/10/2025).
Dalam sambutannya, Gubernur Mirza menekankan bahwa manusia kini hidup di tengah gelombang informasi yang masif. “Satu berita bisa menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan detik, bahkan sebelum sempat dikonfirmasi kebenarannya,” ujarnya. Situasi ini menuntut peran jurnalis dan humas lebih krusial dari sebelumnya, yaitu menjaga akurasi, menyampaikan kebenaran, dan menumbuhkan kepercayaan publik.
“Bagi pemerintah, kehumasan adalah wajah komunikasi publik. Tugasnya bukan sekadar menyebarkan informasi, tetapi membangun jembatan kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat,” lanjutnya. Menurut Gubernur, komunikasi publik yang efektif harus dilakukan dengan terbuka, transparan, dan komunikatif, sehingga kebijakan publik dapat diterima dan dipahami masyarakat secara luas.
Mirza juga menekankan bahasa yang sederhana dan jujur sebagai kunci dalam menyampaikan informasi. “Jangan takut berbicara dengan masyarakat. Kalau kita tidak menjelaskan, orang lain yang akan menjelaskan, dan belum tentu benar. Inilah pentingnya komunikasi yang proaktif dan membumi,” tegasnya.
Kegiatan Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan 2025 mengusung tema “Perkuat Citra Positif Institusi Bisnis dan Institusi Pemerintahan Melalui Pilar Jurnalistik dan Kehumasan di Era Digital 5.0.” Menurut Gubernur, tema ini sangat relevan, karena menyoroti bagaimana lembaga publik dan bisnis dapat menjaga citra di tengah cepatnya arus informasi digital. “Temanya kontekstual, menyentuh persoalan yang kita hadapi bersama, tentang bagaimana menjaga reputasi lembaga di era digital 5.0,” tambahnya.
Lebih jauh, Gubernur menyoroti tantangan dan peluang di era Digital 5.0, di mana teknologi dan kemanusiaan berjalan beriringan. AI atau kecerdasan buatan kini banyak membantu praktik jurnalistik dan kehumasan, mulai dari penulisan cepat, analisis data, hingga menjangkau audiens lebih luas. Namun, ia menegaskan bahwa teknologi tidak bisa menggantikan empati dan kepekaan manusia. “Mesin bisa menulis berita, tapi hanya manusia yang bisa menyampaikan makna di balik berita. Inti komunikasi tetap pada kemanusiaan,” katanya.
Dalam arahannya, Mirza mendorong insan media dan praktisi humas Lampung untuk terus meningkatkan kompetensi, memperluas jejaring, dan membangun ekosistem komunikasi publik yang sehat, beretika, dan berdaya saing. Pemerintah Provinsi Lampung pun terbuka untuk kolaborasi dengan media sebagai mitra strategis dalam membentuk opini publik yang konstruktif.
“Saya ingin mengajak seluruh peserta untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Jadilah insan jurnalistik dan kehumasan yang profesional, berintegritas, serta mampu menjembatani pemerintah dan masyarakat secara efektif,” imbuhnya.
Acara ini dihadiri berbagai kalangan, mulai dari jurnalis media cetak, digital, dan elektronik, praktisi humas dari lembaga pemerintahan maupun swasta, hingga akademisi komunikasi. Workshop dan sesi diskusi dalam Santiaji ini membahas berbagai topik strategis, seperti manajemen krisis komunikasi, strategi membangun citra positif, penggunaan media sosial secara etis, hingga optimalisasi teknologi digital dalam humas dan jurnalistik.
Di penghujung acara, Gubernur berharap kegiatan ini memberikan manfaat nyata bagi peserta dan masyarakat Lampung. “Semoga Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Tahun 2025 menjadi momentum memperkuat citra positif lembaga, membangun kepercayaan publik, dan mendorong kemajuan Provinsi Lampung tercinta,” pungkasnya.***

