DJADIN MEDIA– Pekan depan, Festival Seni LAPAH 8 akan kembali digelar, menghadirkan dua maestro seni pertunjukan Indonesia serta diikuti 40 peserta dari berbagai daerah di Tanah Air. Acara ini dijadwalkan berlangsung pada 22-24 November 2024 di Maknonik Village, Lampung, dengan mengusung tema “Tradisi Mata Air Eksperimentasi.”
Ketua pelaksana festival, Ikhsan Taufiq, mengungkapkan bahwa LAPAH #8 merupakan bagian dari agenda tahunan DianArza Arts Laboratory yang telah aktif berkesenian sejak 2012. “Kali ini, kami dengan bangga menghadirkan dua sosok maestro. Rudolf Puspa, yang dikenal sebagai maestro teater dan penerima penghargaan Abdi Abadai Teater Indonesia 2012, serta Raja Alfirafindra, seorang maestro tari sekaligus akademisi dari ISI Yogyakarta,” ungkap Ikhsan, atau akrab disapa Icun, saat dihubungi pada Jumat siang (15/11/24).
Festival yang bertajuk “experimental arts mini festival” ini bertujuan untuk merangkul para seniman muda agar lebih mencintai dan mendalami tradisi melalui perspektif yang lebih segar dan kontemporer. Tahun ini, LAPAH #8 akan menghadirkan konsep art camp dengan empat kegiatan utama, yakni lokakarya, kelas virtual, kuratorial, dan pertunjukan.
Icun menyebutkan, animo peserta tahun ini sangat tinggi dengan banyak partisipan yang berasal dari luar Provinsi Lampung. “Peserta kami tidak hanya datang dari Lampung, tetapi juga dari Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Lombok, Sumatera Barat, Jawa Barat, Bengkulu, dan daerah lainnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Icun menjelaskan bahwa festival ini bertujuan untuk memperkenalkan kesenian tradisi sekaligus merevitalisasi karya para seniman lokal melalui seni tari, seni rupa, gerak, dan musik. “LAPAH #8 juga menjadi bentuk tanggung jawab sosial dari DianArza Arts Laboratory (DAAL) dalam melestarikan kebudayaan. Kami ingin menciptakan wadah yang mendukung kreativitas seniman, memperkuat tradisi diskusi, serta menemukan bakat-bakat baru di kalangan generasi muda,” terangnya.
Festival ini diakui sebagai ajang independen, non-profit, partisipatoris, dan edukatif. Tidak ada biaya pendaftaran bagi peserta, menjadikannya terbuka untuk siapa saja yang ingin terlibat. “Kami berharap denyut kreativitas para seniman dan pelaku budaya di Indonesia semakin bergema. Semoga niat baik ini diberkahi dan LAPAH bisa menjadi bagian dari amal jariyah sosial untuk kemanusiaan,” pungkas Icun.***