DJADIN MEDIA – Isu panas yang sempat mengguncang citra BRI Liga 1 Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda mereda. Imran Nahumarury, pelatih muda yang sempat viral akibat dugaan pemotongan gaji pemain di klub Malut United, akhirnya mengakui kesalahan dan menyampaikan permintaan maaf secara tertulis.
Kabar ini diunggah oleh akun Facebook Ngomongin Bola dan dibenarkan oleh Wakil Manajer Malut United, Asghar Saleh, dalam pernyataan resminya, Selasa (24/6/2025).
“Imran sudah minta maaf secara tertulis dan berjanji tidak memperpanjang masalah ini di media. Kami menerima itu dengan lapang dada dan berharap jadi pelajaran pribadi baginya,” ujar Asghar.
Permintaan maaf tersebut membuat manajemen Malut United memilih menyudahi polemik yang sempat mengganggu stabilitas klub dan memicu sorotan publik terhadap integritas Liga 1.
Nasib Berbeda bagi Yeyen Tumena
Namun berbeda dengan Imran, Yeyen Tumena, yang menjabat sebagai Direktur Teknik pada periode yang sama, belum menunjukkan itikad baik. Hingga kini, ia belum memberikan klarifikasi maupun permintaan maaf terkait dugaan keterlibatannya dalam praktik pemotongan gaji dan penyalahgunaan wewenang.
Asghar menegaskan, jika tidak ada itikad baik dari Yeyen, maka langkah hukum akan menjadi pilihan klub untuk menjaga nama baik dan integritas kompetisi sepak bola nasional.
“Kalau Yeyen tidak ada itikad baik, kami akan bawa ke jalur hukum. Ini bukan soal pribadi, tapi soal menjaga integritas klub dan dunia sepak bola Indonesia,” tegasnya.
Pemain Lokal Diduga Dimintai Uang untuk Bisa Bermain
Dalam penyelidikan internal klub, terungkap bahwa praktik pemotongan gaji dan transfer pemain tanpa sepengetahuan manajemen sudah terjadi sejak Malut United berlaga di Liga 2. Bahkan lebih miris, sejumlah pemain lokal mengaku harus membayar sejumlah uang agar bisa dimainkan dalam pertandingan.
“Fee pemain juga diambil dan itu jelas melanggar. Ini merusak semangat profesionalisme yang sedang kami bangun,” tambah Asghar.
Momentum Bersih-Bersih dan Refleksi Dunia Sepak Bola
Kasus ini menjadi pukulan keras bagi Malut United dan refleksi mendalam bagi dunia sepak bola Tanah Air. Klub menegaskan komitmennya untuk membenahi manajemen internal, memperkuat transparansi, serta melindungi hak-hak pemain secara profesional dan adil.
Dengan meredanya ketegangan di satu sisi, dan sikap tegas di sisi lainnya, Malut United berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi seluruh elemen sepak bola Indonesia bahwa etika, kejujuran, dan profesionalisme tak bisa ditawar.***