DJADIN MEDIA– Anggota DPRD Lampung, Budi Yuhanda, mengomentari pernyataan Cabup Mesuji, Elfianah, terkait viralnya video kampanye yang menyebutkan konsep surga. Budi menegaskan bahwa pernyataan tersebut sejalan dengan pandangan bahwa fakir miskin dipelihara oleh negara.
Budi, yang merupakan anggota Fraksi NasDem, menyebut salah satu program unggulan pasangan calon Elfianah-Yugi Wicaksono adalah menyantuni anak yatim. “Kami merasa perlu memberikan penjelasan kepada publik dan pendukung kami bahwa program paslon nomor urut 2 ini fokus pada penyantunan anak yatim,” ujarnya.
Menurutnya, program ini memiliki dasar hukum yang kuat, merujuk pada Pasal 34 UUD 1945 yang menyatakan, “Fakir, miskin, dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.” Budi menambahkan bahwa program ini dapat direalisasikan dengan mengikuti regulasi yang ada.
“Ibu Elfianah ingin menjelaskan program ini dalam perspektif Islam. Menyantuni anak yatim adalah kewajiban kita sebagai umat Muslim, dan negara juga memiliki tanggung jawab. Dalam Islam, menyantuni anak yatim memiliki keutamaan yang besar,” jelasnya.
Dia juga mengingatkan bahwa pernyataan Elfianah didasarkan pada dalil Hadis Bukhari, meskipun ada narasi yang menyebutkan “hai pendukung 02” yang menjadi sorotan. “Namun, penting untuk dijelaskan bahwa dalam video tersebut, Ibu Elfianah selalu memulai sambutannya dengan mengutip Surat Al-Isra, yang menegaskan bahwa di akhirat kita akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap tindakan dan ucapan kita,” ungkap Budi.
“Jadi, bukan pasangan 02 atau Ibu Elfianah yang menjanjikan surga. Jika Anda memilih dengan ikhlas dan yakin terhadap program ini, bisa jadi itu menjadi wasilah atau perantara kita menuju surga,” tegasnya.
Budi juga menekankan bahwa dalam kontestasi Pilkada, pasti akan ada pergunjingan di kalangan pendukung. “Saya tegaskan, Ibu Elfianah adalah Ketua Muslimat NU Kabupaten Mesuji dan sudah puluhan tahun mengemban jabatan tersebut. Sudah barang tentu tindak tanduk dan ucapan beliau dipengaruhi oleh nilai-nilai kemuslimatan,” jelasnya.
Ia menambahkan, “Misalnya, jika seorang kyai atau ulama maju sebagai calon, apakah ketika dia mencalonkan diri dia harus meninggalkan identitasnya sebagai seorang kyai? Tentu tidak. Hal yang sama berlaku untuk Ibu Elfianah. Mengutip hadis dalam programnya adalah hal yang wajar dan sangat baik.”***