• Biolink
  • Djadin Media
  • Network
  • Sample Page
Tuesday, July 1, 2025
  • Login
Djadin Media
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi
No Result
View All Result
Djadin Media
No Result
View All Result
Home Politik

Dilema Petani Singkong di Lampung: Pabrik Tutup, Harga Anjlok, Singkong Terancam Busuk

MeldabyMelda
January 28, 2025
in Politik
0
Dilema Petani Singkong di Lampung: Pabrik Tutup, Harga Anjlok, Singkong Terancam Busuk

 

 

DJADINMEDIA InsidePolitik – Petani singkong di Lampung tengah menghadapi krisis serius. Penutupan sejumlah pabrik tapioka menyebabkan harga singkong anjlok, sementara cuaca yang tidak menentu mempercepat kebusukan singkong di ladang. Situasi ini membuat para petani berada dalam kondisi yang sulit, tanpa kepastian untuk menjual hasil panennya.

 

Penutupan Pabrik Jadi Penyebab Utama

 

Sejumlah pabrik tapioka di Lampung diketahui telah menutup operasional mereka sejak akhir Januari 2025. Salah satu alasan utama penutupan ini adalah ketidakmampuan pabrik membeli singkong dengan harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Lampung, yaitu Rp 1.400 per kilogram.

 

Kondisi ini membuat para petani bingung harus menjual hasil panennya ke mana. Di Mesuji, misalnya, hampir semua pabrik dan lapak pengepul tutup, memaksa petani menunda panen mereka. Namun, penundaan ini tidak tanpa risiko, karena hujan deras yang terus mengguyur mempercepat kebusukan singkong di tanah.

 

“Ini Tahun Terburuk bagi Petani”

 

Wayan, seorang petani singkong di Mesuji, mengungkapkan bahwa tahun ini adalah masa terburuk bagi petani singkong di wilayahnya. Ia menyoroti dua masalah utama: anjloknya harga dan cuaca buruk yang menyebabkan banyak singkong membusuk sebelum sempat dipanen.

 

“Petani singkong tidak baik-baik saja. Kita hanya bisa bersabar, menunggu harga stabil dan cuaca membaik,” ujar Wayan dengan nada penuh keprihatinan.

 

Hal serupa diungkapkan oleh Komang, petani di Kecamatan Mesuji Timur. Ia merasa kecewa dengan langkah sejumlah pabrik tapioka yang memilih menutup operasional mereka.

 

“Kami menuntut harga lebih baik, tapi perusahaan malah memilih tutup pabrik. Akhirnya, kami jadi bingung harus menjual ke mana hasil panen,” katanya.

 

Singkong Siap Panen, Tapi Tak Bisa Dijual

 

Anom, petani singkong lainnya, menghadapi dilema yang sama. Ia mengatakan bahwa singkong di lahannya saat ini sudah berusia delapan bulan dan siap dipanen. Namun, penutupan pabrik membuatnya tidak tahu harus menjual ke mana.

 

“Pabrik tutup, singkong sudah siap panen. Saya juga lagi butuh uang untuk kebutuhan keluarga. Ke mana kami harus menjual?” keluhnya.

 

Anom menambahkan bahwa situasi ini semakin menyulitkan para petani, terutama mereka yang bergantung sepenuhnya pada hasil panen untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

 

Desakan kepada Pemerintah

 

Situasi ini telah memicu desakan dari para petani kepada pemerintah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, agar segera mengambil langkah konkret. Para petani berharap pemerintah mampu membuka jalur distribusi baru atau memberikan solusi terkait penutupan pabrik tapioka.

 

Komang, salah satu petani, menyatakan harapannya agar pemerintah segera membantu petani singkong yang tengah dirundung masalah. “Kami butuh solusi nyata. Kalau dibiarkan seperti ini, nasib petani akan semakin terpuruk,” katanya.

 

Pabrik: “Belum Bisa Terima Singkong”

 

Sementara itu, Kiki, kasir Pabrik Tapioka BW di Tulangbawang, menjelaskan bahwa pabrik mereka telah menghentikan operasional sejak 24 Januari 2025. Ia mengatakan penutupan dilakukan atas instruksi manajemen tanpa memberikan kepastian kapan pabrik akan kembali beroperasi.

 

Di sisi lain, Panitia Khusus (Pansus) Tata Niaga Singkong DPRD Lampung telah mendesak pemerintah pusat untuk turun tangan menyelesaikan polemik ini. Menurut mereka, diperlukan langkah strategis untuk menormalkan harga dan membuka kembali akses bagi petani untuk menjual hasil panen.

 

Harapan di Tengah Ketidakpastian

 

Krisis yang melanda petani singkong di Lampung tidak hanya berdampak pada ekonomi petani, tetapi juga memengaruhi rantai pasokan industri tapioka di daerah tersebut. Di tengah ketidakpastian ini, para petani berharap pemerintah mampu menawarkan solusi yang konkret dan berkelanjutan.

 

Jika tidak segera ditangani, situasi ini dapat memicu masalah yang lebih besar, baik bagi petani, pelaku industri, maupun perekonomian daerah Lampung secara keseluruhan.***

 

 

—

 

 

 

 

Source: syahibal
Tags: #Mesujicuaca burukDPRD Lampungharga anjlokHarga Singkongkrisis petaniLampungpabrik tapiokaPemprov LampungPetani Singkong
Previous Post

Antisipasi Longsor, Dinas BMBK Lampung Bangun Talud di Pematang Liang

Next Post

Ini Kuota Haji Reguler 2025 untuk Seluruh Provinsi Termasuk Lampung

Next Post
Ini Kuota Haji Reguler 2025 untuk Seluruh Provinsi Termasuk Lampung

Ini Kuota Haji Reguler 2025 untuk Seluruh Provinsi Termasuk Lampung

Facebook Twitter

Alamat Kantor

Perumahan Bukit Billabong Jaya Blok C6 No. 8,
Langkapura, Bandar Lampung
Email Redaksi : lampunginsider@gmail.com
Nomor WA/HP : 081379896119

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Otomotif
  • Politik
  • Teknologi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In