DJADIN MEDIA– Anggota Komisi II DPR, Ahmad Irawan, mengungkapkan rasa keheranannya terkait fenomena kemenangan kotak kosong dalam Pilkada 2024. Irawan menilai hasil tersebut sebagai sebuah anomali yang tidak masuk akal, dan mendesak untuk segera dicermati dengan serius.
“Fenomena kotak kosong yang menang dalam pemilihan adalah hal yang absurd. Ini adalah dinamika sosial politik yang perlu mendapatkan perhatian khusus,” ujar Irawan, yang juga merupakan politisi Partai Golkar.
Irawan menyoroti kemenangan kotak kosong dalam sejumlah daerah, termasuk Pilwalkot Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung. Pada Pilkada tersebut, pasangan calon tunggal Maulan Aklil (Mole) dan Masagus M Hakim hanya meraih 35.177 suara (41%), sementara kotak kosong unggul dengan 48.528 suara (57,98%).
Hal serupa terjadi di Kabupaten Bangka, di mana pasangan calon bupati-wakil bupati Mulkan-Ramadian kalah setelah hanya memperoleh 50.443 suara (42,75%), sementara kotak kosong meraup 57,25% suara.
“Saya percaya yang berhak dipilih di TPS dan dalam surat suara adalah mereka yang sudah mengikuti proses pencalonan,” tegas Irawan.
Politisi Golkar ini menyarankan agar fenomena ini dievaluasi dalam rapat Komisi II DPR bersama penyelenggara pemilu dan pemerintah. “Ke depan, kita perlu evaluasi secara holistik dan komprehensif, termasuk mempertanyakan relevansi mekanisme kotak kosong ini,” katanya.
KPU sebelumnya mencatat 41 daerah dalam Pilkada serentak 2024 yang memiliki calon tunggal atau harus menghadapi kotak kosong. Di sebagian besar daerah ini, kotak kosong justru keluar sebagai pemenang, termasuk di Bangka, Pangkalpinang, dan Gresik.
Di Bangka, kotak kosong meraih 57,25% suara dengan dominasi di hampir seluruh TPS, mengumpulkan total 67.546 suara. Fenomena serupa juga terjadi di Pilwalkot Pangkalpinang, di mana kotak kosong mengalahkan pasangan calon petahana Maulan Aklil dan Masagus M Hakim.***