DJADIN MEDIA – Masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi berakhir hari ini, menandai 10 tahun kepemimpinannya. Selama satu dekade memimpin, Jokowi disebut ‘sukses’ meningkatkan angka kemiskinan, meski bukan berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Alih-alih merujuk pada data BPS yang menunjukkan penurunan kelas menengah sebanyak 9,5 juta jiwa dalam periode 2019-2024, indikator peningkatan kemiskinan ini justru tercermin dari lonjakan signifikan pada utang melalui layanan pinjaman online (pinjol).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah dana yang belum dilunasi melalui platform peer-to-peer (P2P) lending mencapai Rp72,03 triliun per Agustus 2024, melonjak 35,62 persen dibandingkan dengan Agustus 2023.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menjelaskan bahwa meski terjadi peningkatan besar pada pinjaman, tingkat risiko kredit macet atau TWP90 (pinjaman yang belum dibayar lebih dari 90 hari) tetap rendah di angka 2,38 persen.
“Pembiayaan industri fintech peer-to-peer lending tumbuh signifikan sebesar 35,62 persen, dengan nilai outstanding mencapai Rp72,03 triliun. Sementara tingkat risiko kredit macet terjaga pada posisi 2,38 persen,” jelas Mahendra.
Selain itu, Mahendra juga melaporkan kinerja positif dari sektor asuransi. Total aset asuransi per Agustus 2024 mencapai Rp1.132,49 triliun, naik 1,32 persen secara tahunan (year on year/yoy). Akumulasi pendapatan premi asuransi komersial pun meningkat sebesar 5,82 persen menjadi Rp218,55 triliun.
Di sektor asuransi jiwa, permodalan tercatat solid dengan risk-based capital sebesar 457,02 persen, sementara asuransi umum dan reasuransi mencatat risk-based capital sebesar 323,74 persen, jauh di atas ambang batas minimal 120 persen.
Mahendra juga menyoroti pertumbuhan aset dana pensiun yang mencapai 9,07 persen (yoy) dengan nilai Rp1.485,43 triliun, sementara aset dana pensiun sukarela tumbuh 4,83 persen menjadi Rp378,45 triliun.
Dalam sektor penjaminan, outstanding penjaminan tumbuh 11,25 persen dengan nilai mencapai Rp418,13 triliun, sementara aset perusahaan penjaminan tumbuh 7,26 persen menjadi Rp47,90 triliun.
Mahendra menambahkan bahwa penyaluran dana perusahaan pembiayaan tumbuh dua digit di level 10,18 persen pada Agustus 2024, didorong oleh pembiayaan modal kerja yang tumbuh 10,76 persen.
“Profil risiko perusahaan pembiayaan tetap terjaga dengan non-performing financing (NTF) net di level 0,83 persen dan NTF gross di angka 2,66 persen,” tutupnya.***