DJADINMEDIA – Lampung – Penjabat (Pj) Gubernur Lampung, Samsudin, menegaskan akan memberikan sanksi tegas bagi perusahaan yang terbukti mengimpor tapioka ke wilayahnya. Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap temuan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Wilayah II yang mengungkap adanya impor tapioka oleh sejumlah perusahaan di Lampung, yang diduga berkontribusi terhadap rendahnya harga singkong di daerah tersebut.
“Saya baru mendengar informasi mengenai impor tapioka yang masuk ke Lampung. Ini akan kita telusuri dan koordinasikan lebih lanjut,” ujar Samsudin.
Ia menegaskan bahwa perusahaan yang melanggar ketentuan dalam Surat Edaran terkait tata niaga singkong akan dikenakan sanksi sesuai regulasi yang berlaku. Bahkan, jika terbukti melanggar ketentuan harga beli singkong sebesar Rp 1.400 per kilogram, pemerintah provinsi tak segan mengambil langkah tegas.
“Jika benar ada impor tapioka, kita akan bertindak tegas. Pemprov Lampung tidak mengizinkan impor tapioka masuk ke wilayah ini,” tegasnya.
Pengawasan Ketat dan Sanksi bagi Pelanggar
Samsudin juga mengingatkan seluruh perusahaan pengolahan tapioka untuk membeli singkong dari petani lokal sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Ia memastikan bahwa pengawasan terhadap industri tapioka di Lampung akan semakin diperketat.
“Kami sudah menerbitkan Surat Edaran Gubernur yang wajib dipatuhi oleh pabrik dalam pembelian singkong dari petani. Pemprov akan melakukan monitoring dan pengawasan ketat agar semua pihak disiplin mengikuti aturan,” tambahnya.
Temuan KPPU: Perusahaan Pilih Impor karena Lebih Murah
Sebelumnya, KPPU Wilayah II menemukan bahwa sejumlah perusahaan tapioka di Lampung memilih impor karena harga produk luar negeri lebih murah dibandingkan produksi dalam negeri.
Menurut Kepala Kantor KPPU Wilayah II, Wahyu Bekti Anggoro, persaingan harga ini menjadi tantangan bagi produsen lokal yang kesulitan menjual produk mereka dengan harga kompetitif.
“KPPU mendapati keluhan dari produsen tapioka di Lampung yang mengaku kesulitan bersaing karena harga jual mereka lebih tinggi dibandingkan produsen yang melakukan impor,” ungkap Wahyu.
KPPU mencatat bahwa dari 45 perusahaan tapioka yang beroperasi di Lampung, empat perusahaan menguasai sekitar 75 persen pasar. Namun, identitas perusahaan tersebut belum diungkap.
Impor Tapioka Capai Rp 511,4 Miliar
Sepanjang tahun 2024, impor tapioka ke Indonesia mencapai 267.062 ton dengan nilai sekitar 144 juta USD atau setara Rp 2,2 triliun. Dari jumlah tersebut, empat perusahaan di Lampung tercatat mengimpor 59.050 ton tepung tapioka dari Vietnam dan Thailand, dengan nilai mencapai 32,2 juta USD atau sekitar Rp 511,4 miliar.
Proses impor dilakukan melalui beberapa pelabuhan utama, yakni Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, dan Pelabuhan Tanjung Emas.
KPPU menilai tingginya angka impor ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan harga beli singkong di Lampung terus merosot.
Dengan adanya temuan ini, Pemprov Lampung berjanji akan terus memantau dan menindak tegas perusahaan yang melanggar aturan demi melindungi petani lokal dan menjaga stabilitas harga singkong di daerah tersebut.***
