DJADIN MEDIA— Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Ambon menunjukkan komitmennya terhadap pendekatan pemasyarakatan yang humanis dan inklusif dengan menggelar kegiatan penyaluran bantuan sosial bagi keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang terdampak secara ekonomi.
Sebanyak 20 paket sembako diserahkan langsung kepada keluarga WBP yang diundang secara khusus ke Rutan Ambon. Uniknya, sayur-mayur dalam paket tersebut berasal dari kebun binaan WBP—hasil nyata dari program pembinaan kemandirian yang dijalankan di dalam rutan.
Kepedulian yang Menyentuh Keluarga
Kepala Rutan Ambon, Ferdika Canra, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya soal bantuan, melainkan bentuk empati terhadap keluarga WBP yang kehilangan peran ekonomi dari anggota keluarganya yang sedang menjalani masa pidana.
“Keluarga adalah bagian penting dalam proses reintegrasi sosial. Kami ingin mereka merasa tidak sendiri dalam menghadapi ujian ini,” ujarnya.
Dari Kebun WBP untuk Keluarga
Program bantuan ini juga memperlihatkan hasil dari pembinaan produktif di Rutan Ambon. Kebun yang dikelola langsung oleh para WBP menjadi simbol semangat kemandirian dan produktivitas, serta bukti bahwa proses pemasyarakatan mencakup aspek mental, spiritual, dan keterampilan praktis.
“Kami ingin manfaat dari pembinaan bisa langsung dirasakan keluarga mereka di luar,” tambah Ferdika.
Haru dan Silaturahmi
Kegiatan berlangsung penuh khidmat dan emosional, mempertemukan jajaran Rutan Ambon dengan keluarga WBP. Salah satu penerima bantuan, Ibu Nur, mengungkapkan rasa harunya:
“Bantuan ini bukan cuma meringankan beban. Tapi juga membuat kami merasa dihargai. Bahkan kami bangga, karena anak kami ikut menanam sayuran itu sendiri,” ucapnya.
Dukung Akselerasi Kinerja Pemasyarakatan
Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi 13 Akselerasi Kinerja Pemasyarakatan, terutama dalam hal peningkatan pelayanan publik, kemandirian warga binaan, dan penguatan fungsi pemasyarakatan.
Ferdika berharap kegiatan serupa dapat terus digelar sebagai bentuk nyata pendekatan pelayanan yang lebih humanis, partisipatif, dan berorientasi pada reintegrasi sosial.
“Pemasyarakatan bukan sekadar pengamanan, tapi juga pembinaan menyeluruh. Dan itu melibatkan keluarga serta masyarakat,” tegasnya.***