DJADIN MEDIA— Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim bahwa angka pengangguran di Indonesia telah mengalami penurunan signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pernyataan ini disampaikan di tengah isu pemutusan hubungan kerja (PHK) yang baru-baru ini menghantam pasar kerja domestik.
Menurut Sri Mulyani, salah satu strategi untuk menjaga konsumsi rumah tangga, yang merupakan pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, adalah dengan membuka lebih banyak kesempatan kerja. “Selama periode 2015-2024, tercipta 21,3 juta lapangan kerja, dan separuhnya terjadi dalam periode 2022-2024. Ini menunjukkan adanya akselerasi dalam penciptaan lapangan kerja,” jelasnya.
Sri Mulyani juga mencatat bahwa rata-rata penambahan tenaga kerja per tahun mencapai 2,1 juta orang dari 2015 hingga 2024. Khusus dalam tiga tahun terakhir, rata-rata penambahan tenaga kerja baru bahkan melonjak menjadi 3,7 juta orang per tahun. “Akibatnya, tingkat pengangguran menurun dari 6,26 persen, yang sempat meningkat karena dampak COVID-19, menjadi 4,82 persen saat ini,” tambahnya.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia tercatat sebanyak 255,6 juta jiwa dengan angkatan kerja sebanyak 128,3 juta orang dan 120,9 juta orang di antaranya sudah bekerja. Sementara itu, pada 2024, jumlah penduduk Indonesia meningkat menjadi 281,6 juta jiwa dengan angkatan kerja mencapai 149,38 juta orang, dan 142,18 juta orang di antaranya telah terserap dalam pekerjaan.
Presiden Joko Widodo sebelumnya menargetkan penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi antara 4,5 persen hingga 5 persen pada tahun 2025. Harapan ini disampaikan dalam Pidato Nota Keuangan di Gedung DPR, Jakarta.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2024, masih terdapat 7,2 juta pengangguran di Indonesia. Meskipun jumlah ini turun sebanyak 790 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu, PLT Kepala BPS Amalia Widyasanti menjelaskan bahwa angka pengangguran tetap tinggi karena tidak semua angkatan kerja baru dapat terserap dalam pekerjaan