DJADIN MEDIA— Rencana penyelenggaraan Apel Akbar Bela Jokowi mendapat penolakan tajam dari warga Betawi. Rencana acara ini, yang akan diadakan di Tugu Proklamasi pada Minggu, 22 September 2024, memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk aktivis politik yang pernah berkonflik dengan pemerintahan Jokowi.
Jalih Pitoeng, seorang aktivis Betawi dan inisiator Persaudaraan Tapol (Tahanan Politik) serta Napol (Narapidana Politik), menilai rencana tersebut sebagai tindakan yang tidak masuk akal dan hanya akan menambah ketegangan nasional. “Emang Jokowi mau adu domba rakyatnya? Kekuasaannya aja tinggal menghitung hari kok macem-macem,” ujar Pitoeng.
Pitoeng, yang pernah dipenjara pada era Jokowi karena menuntut pemilu yang dianggap curang pada 2019, menilai bahwa acara tersebut tidak hanya tidak relevan tetapi juga berpotensi memecah belah masyarakat. “Mau ngapain juga gelar apel akbar bela Jokowi? Mau lengser kok ada apel akbar segala,” tambahnya.
Dia juga mengecam sikap pemerintah yang dianggapnya membiarkan acara ini berlangsung. “Presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan mestinya menjaga kondusifitas dan stabilitas politik secara nasional, bukan membiarkan sesuatu yang bisa memecah belah rakyat,” tegas Pitoeng.
Sementara itu, Koordinator Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi, Sukodigdo Wardoyo, mengungkapkan bahwa acara ini bertujuan untuk menunjukkan komitmen dalam menjaga Jokowi dan keluarganya dari ancaman politik. “Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi dari seluruh Indonesia akan berkumpul di Jakarta,” ungkap Wardoyo.
Rencana acara ini, yang diwarnai dengan dinamika politik dan ketegangan sosial, menunjukkan bagaimana situasi politik saat ini semakin memanas menjelang akhir masa kepemimpinan Jokowi.***