DJADIN MEDIA— Sekretaris Jenderal Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET), Andang Bachtiar, menegaskan bahwa pembagian dana Participating Interest (PI) sebesar 10% kepada daerah memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar keuntungan finansial. Menurutnya, kebijakan ini dirancang untuk membawa manfaat berkelanjutan bagi daerah dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
Lima Tujuan Strategis Dana PI
Andang menguraikan lima tujuan utama pembagian PI kepada daerah:
1. Keterbukaan Data Lifting Migas:
Melalui BUMD, pemerintah daerah dapat mengakses data lifting minyak dan gas bumi secara transparan. Ini membantu daerah membuat perencanaan anggaran yang lebih akurat berdasarkan estimasi dana bagi hasil migas.
2. Alih Pengetahuan dan Teknologi:
Proses bisnis migas menjadi sarana bagi putra-putri daerah untuk meningkatkan kapasitas dalam industri migas. Hal ini mendukung kelancaran operasi migas sekaligus memberdayakan sumber daya manusia lokal.
3. Partisipasi Daerah dalam Industri Migas:
Melibatkan daerah dalam pengelolaan industri migas yang padat modal dapat memberikan efek berantai pada pertumbuhan ekonomi lokal.
4. Pendapatan Daerah Baru:
Dividen yang disetorkan BUMD dari pengelolaan hulu migas menjadi sumber pendapatan tambahan bagi pemerintah daerah.
5. Penguatan BUMD:
Dana PI membantu menjadikan BUMD lebih sehat dan kuat, sehingga dapat mendukung akses energi yang lebih mudah bagi masyarakat daerah.
Sinergi untuk Keberhasilan Operasi Migas
Andang juga menekankan pentingnya sinergi antara BUMD, operator, dan pemerintah daerah. BUMD berperan strategis dalam pengelolaan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan menjadi ujung tombak dalam menangani masalah sosial maupun lingkungan di wilayah operasi.
“BUMD memiliki kedekatan dengan masyarakat lokal, sehingga lebih efektif dalam menyelaraskan zonasi wilayah kerja migas dengan peraturan seperti RZWP3K dan RTRW,” jelasnya.
Tantangan dan Solusi
Meski demikian, Andang mengakui masih banyak tantangan dalam mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu persoalan adalah mekanisme pembiayaan dan investasi yang awalnya menjadi beban operator.
“Kami menyadari bahwa ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Ke depan, upaya untuk menemukan solusi terbaik harus terus dilakukan agar pembagian PI dapat memberikan manfaat optimal,” pungkasnya.***