DJADIN MEDIA — Konstelasi politik Pilkada Jakarta yang kontroversial berpotensi kembali terulang di Pilgub Jawa Barat (Jabar). Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus tampaknya sedang mengarahkan strategi untuk menyisakan PDIP sebagai satu-satunya lawan politik utama.
Dengan letak geografis Jawa Barat yang berdekatan dengan Jakarta, pengaruh politik dari ibu kota mungkin berdampak signifikan di provinsi ini. “KIM Plus bisa saja membawa dinamika yang mirip dengan Jakarta ke Jawa Barat, sangat mungkin,” ungkap Dedi Mulyadi, bakal calon Gubernur Jabar.
Ketika ditanya tentang kemungkinan menghadapi kotak kosong sebagai pesaing, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa dirinya belum memutuskan calon wakil gubernur untuk mendampinginya di Pilgub Jabar. “Jangan dulu berpikir tentang kotak kosong. Kami belum memutuskan siapa wakil gubernur Jabar,” tegas mantan Bupati Purwakarta dua periode ini.
Dedi Mulyadi menekankan bahwa ia ingin kontestasi Pilgub Jabar berjalan dengan baik dan penuh persaingan. “Kami sambut baik persaingan yang sehat, ini adalah bagian dari demokrasi yang harus dihormati,” ujarnya.
Sementara itu, DPD PDIP Jawa Barat menunjukkan kesiapan menghadapi kandidat cagub dari KIM Plus. PDIP tengah merumuskan strategi untuk menghadapi dan memenangkan Pilgub Jabar. Ketua DPD PDIP Jabar, Ono Surono, bahkan menginginkan adanya pertarungan head to head dengan KIM dalam perebutan kursi kepemimpinan di Jabar.
Ono Surono menegaskan, “Kami diperintahkan oleh DPP PDIP untuk tetap berkomitmen di Jawa Barat, menyajikan proses demokrasi yang sesungguhnya untuk rakyat. Tidak boleh ada kotak kosong di Jawa Barat.”
Selain itu, PDIP berencana menggandeng PKB, PKS, PPP, dan NasDem untuk membentuk koalisi baru guna memperkuat posisi mereka dalam Pilgub Jabar dan melawan pasangan calon yang diusung oleh KIM Plus.