DJADIN MEDIA – Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menilai bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat ini telah menyimpang dari garis perjuangan atau khittah NU. Pernyataan ini dilontarkan Jazilul sebagai respons terhadap perseteruan yang tengah berlangsung antara PBNU dan PKB.
Dalam diskusi mingguan MPR RI yang mengangkat tema ‘UU Ormas dan UU Parpol: Bisakah Saling Intervensi?’, Jazilul mengungkapkan, “PBNU saat ini lebih banyak menyimpang dari khittah Nahdlatul Ulama.”
Menurut Jazilul, penyimpangan tersebut terlihat dari upaya PBNU untuk mengambil alih PKB, meskipun PBNU merupakan organisasi massa (ormas) sedangkan PKB adalah partai politik (parpol). Jazilul menekankan bahwa meskipun PBNU adalah pendiri PKB, setelah partai politik berdiri, dewan pendiri tidak lagi memiliki kendali atasnya.
“Memang ada dewan pendiri dalam partai politik, dan dalam hal ini, pendiri PKB adalah PBNU. Namun, setelah PKB berdiri, dewan pendiri tidak berhak mengendalikan partai tersebut. Begitu juga dengan PKB yang pada waktu itu difasilitasi oleh PBNU, bukan PBNU saat ini,” tegas Jazilul.
Jazilul menjelaskan bahwa PKB tetap berpegang pada visi keulamaan dalam perjuangan politiknya, yang berkontribusi pada pencapaian politik yang ditargetkan. “PKB kini menjadi salah satu partai nasional terbesar di Indonesia yang beraliran Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, dengan 68 kursi dan ribuan anggota DPRD di tingkat kabupaten/kota,” kata Jazilul.
Di sisi lain, Jazilul juga menegaskan bahwa PBNU tetap memiliki visi keulamaan, namun dalam kapasitas tugas yang berbeda dari ranah politik. “PBNU fokus pada visi keumatan, seperti membangun madrasah, pondok pesantren, dan sarana-sarana keumatan lainnya,” pungkas Jazilul.***