DJADIN MEDIA– Skenario KIM Plus tampaknya akan diterapkan dalam Pilgub Lampung untuk memastikan kelancaran pencalonan Rahmat Mirzani Djausal (RMD). Kondisi ini berpotensi membuat posisi Arinal Djunaidi dan Umar Ahmad terancam.
Saat ini, dukungan untuk Rahmat Mirzani Djausal semakin menguat dengan partai-partai di luar Koalisi Indonesia Maju (KIM) seperti PKB dan NasDem yang sudah menyatakan dukungannya. PKS, hingga kini, belum mengeluarkan rekomendasi untuk calon gubernur atau calon wakil gubernur, sementara PAN dan Demokrat, yang juga bagian dari KIM, memiliki potensi besar untuk bergabung dalam koalisi besar mendukung RMD.
Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan (Zulhas), dikenal aktif dalam mendorong pembentukan koalisi besar di berbagai pilgub, termasuk Pilgub Lampung. PAN, dengan kepemimpinan Zulhas, dapat lebih mudah digiring ke dalam aliansi besar ini. Sementara itu, Demokrat, dengan perolehan 9 kursi di DPRD Lampung, lebih fleksibel dalam menentukan langkah, meski ada harapan dari Edy Irawan Arief untuk maju sebagai calon wakil gubernur.
Skenario KIM Plus ini mengancam posisi Arinal Djunaidi yang telah memperoleh rekomendasi dari Golkar. Ada kabar bahwa Golkar juga menyodorkan tiga nama kader sebagai calon pendamping RMD, sebuah langkah yang dapat memicu ketegangan di internal Golkar Lampung. Sikap DPP Golkar yang belum bulat dalam menentukan calon wakil gubernur menambah ketidakpastian di internal partai.
Di sisi lain, Umar Ahmad yang hanya mendapat surat tugas sebagai calon wakil gubernur dari PDIP menghadapi tantangan besar dalam membangun koalisi dengan PKS. Perbedaan ideologi yang signifikan dan riwayat ketegangan masa lalu antara PDIP dan PKS membuat peluang untuk kesepakatan menjadi semakin kecil. Hal ini juga terlihat dalam Pilgub Sumut, di mana PKS awalnya menjajaki dukungan untuk Edy Rahmayadi namun akhirnya beralih mendukung Bobby Nasution.
Dengan dinamika politik yang terus berkembang, baik Arinal maupun Umar harus menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan posisi mereka di Pilgub Lampung.***