DJADIN MEDIA – Sebuah percakapan telepon yang viral di media sosial mengungkapkan pengakuan orang tua petugas admin Silon KPU Lampung Timur (Lamtim) setelah insiden gagal daftarnya pasangan calon Dawam-Ketut di KPU setempat.
Percakapan dalam bahasa Jawa ini menyebar luas melalui WhatsApp, menyoroti ketegangan dan dugaan tekanan politik yang dialami oleh petugas admin Silon tersebut.
Dalam rekaman percakapan, seorang pria bertanya kepada ibu dari petugas admin Silon mengenai ponsel anaknya, yang diduga sering dalam keadaan mati. Sang ibu menjelaskan bahwa ponsel anaknya tidak biasanya mati, namun hari itu dimatikan atas perintah pihak tertentu.
“Ya, HP anakku diminta untuk dimatikan semua, dua-duanya mati lho, Pak,” ungkap sang ibu dalam percakapan tersebut.
Pria itu melanjutkan dengan menanyakan kapan anaknya meninggalkan rumah. Ibu tersebut menjelaskan bahwa kejadian itu terjadi setelah seorang teman dari anaknya menelepon, dan anaknya merasa terancam oleh kedua belah pihak, yaitu pihak Pak Dawam dan Mbak Nunik.
“Temannya Wulan telepon saya, katanya minta didoakan karena Wulan dan Aris terancam dari kedua belah pihak, Pak,” tambahnya.
Percakapan ini semakin mengarah ke dugaan keterlibatan politik saat sang ibu mengungkapkan bahwa Aris, yang diduga adalah anaknya, diminta oleh pihak tertentu untuk memastikan data di Silon tidak bisa diakses.
“Kan dulu Aris yang ngurusin datanya Pak Dawam, Pak,” jelas perempuan itu.
Sang ibu menunjukkan kekhawatirannya terhadap situasi anaknya, menyebutkan bahwa kondisi ini seperti “simalakama” dan adanya tekanan politik dari pihak-pihak tertentu yang melibatkan KPU.
“Katanya di KPU premannya Mbak banyak, Pak,” ujar sang ibu, menambah kekhawatiran terkait dugaan tekanan politik.***